Budidaya Tanaman Serealia

 

Serealia atau tanaman pangan merupakan kategori tanaman yang mencakup padi sawah, padi darat, jagung, dan ketan. Sebagian besar dari tanaman ini menjadi kategori dengan tingkat produksi yang tinggi. Umumnya tanaman pangan adalah tanaman yang tumbuh dalam waktu semusim. Pada laman ini, terdapat budidaya tanaman serealia yang dapat Anda terapkan dalam membudidayakan tanaman Anda.

Budidaya Tanaman Padi

Padi dapat umbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C. Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman.

 

Untuk mencapai hasil optimal, penting untuk mengelola tanaman padi dengan baik mulai dari pengolahan lahan sebelum ditanami, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan.

Salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan panen adalah pengolahan lahan sebelum padi ditanam. Pengolahan lahan yang tepat sangat penting bagi tanaman padi karena lahan sawah merupakan sumber nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan lahan sebelum tanam dilakukan.

Proses pengolahan lahan sawah dapat dilakukan secara tradisional atau modern. Metode tradisional menggunakan alat seperti bajak, singkal, dan cangkul, sedangkan metode modern menggunakan alat mekanisasi seperti traktor tangan.

Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pengolahan tanah untuk mencapai hasil maksimal:

Pembersihan lahan: Lakukan pemisahan jerami, sisa-sisa panen yang tidak terangkat, rumput, dan gulma lainnya. Jerami sebaiknya tidak dibakar, tetapi dikumpulkan di sekitar pematang untuk memudahkan proses pengolahan lahan.

Genangan air: Pada musim kemarau, genangi tanah sawah dengan air selama beberapa hari agar pori-pori tanah terbuka dan tekstur tanah menjadi lembek.

Perbaikan pematang: Perbaiki pematang atau galengan agar cukup tinggi dan lebar, sehingga dapat menahan air dengan baik.

Pembajakan pertama: Lakukan pembajakan dengan menggunakan alat tradisional seperti bajak atau singkal yang ditarik oleh sapi atau kerbau, atau menggunakan bajak traktor tangan modern. Pembajakan ini bertujuan membalikkan lapisan tanah dan menyelamkan sisa-sisa tanaman seperti rumput dan jerami. Setelah pembajakan, biarkan tanah selama beberapa hari untuk mengalami proses fermentasi dan membusukkan sisa-sisa tanaman.

Pemberian bahan organik: Selama proses pengolahan, tambahkan bahan organik atau pupuk kandang. Hal ini akan meningkatkan kandungan nutrisi dan pertumbuhan mikroba dalam tanah, serta memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton per hektar, seperti kompos, jerami, kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau, dan pupuk organik lainnya.

Pengolahan kedua: Setelah pembajakan pertama, lanjutkan dengan pengolahan kedua untuk mencampurkan bahan organik dengan tanah. Pastikan pasokan air selama proses ini mencukupi, tanah tidak terlalu kering atau terlalu basah. Proses pencampuran dilakukan hingga bahan organik benar-benar menyatu dengan lapisan tanah yang diolah.

Meratakan permukaan tanah: Gunakan alat seperti papan kayu yang ditarik oleh sapi atau kerbau dalam metode tradisional, atau traktor tangan dalam metode modern, untuk meratakan permukaan tanah. Tujuan dari langkah ini adalah agar lapisan tanah siap untuk ditanami padi saat penanaman dilakukan.

Waktu pengolahan: Sesuaikan waktu pengolahan lahan dengan persiapan persemaian agar tidak terjadi keterlambatan saat penanaman. Waktu yang ideal berkisar antara 15 hingga 21 hari.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, Anda dapat mengelola tanaman padi dengan baik dan meningkatkan hasil panen secara optimal.

Perendaman benih -+ 2 hari

Bibit ditabur di sawah yang sudah diolah

Faktor benih merupakan salah satu faktor kunci yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam meningkatkan produktivitas hasil tanaman. Hal ini dimulai dari pemilihan benih varietas unggul dan berkualitas. Beberapa varietas benih yang bagus untuk ditanam di Toba antara lain Siboga, Ampari, Sipandan, dan Sikuning. Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan bibit juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Berikut adalah langkah-langkah dalam pembibitan benih:

  1. Persiapkan lahan persemaian sekitar 50 hari sebelum penaburan benih (semai) dilakukan. Luas lahan persemaian sebaiknya sekitar 1/20 dari luas lahan sawah yang Anda miliki.

  2. Lahan persemaian harus ditanami hingga tanahnya menjadi encer dan tidak bergumpal. Di masyarakat Toba, ini biasa disebut sebagai “mangalukku” tanah sebanyak dua kali, kemudian diratakan menggunakan alat yang disebut “rogo” atau sorok.

  3. Sebelum benih ditanam, taburkan pupuk urea dan SP-36 di lahan persemaian dengan jumlah masing-masing sebanyak 10 gram per meter persegi.

  4. Untuk setiap rantai lahan persemaian, rendam benih dalam air beras sekitar 4-5 liter atau dalam minyak sekitar 8-10 liter, seperti yang biasa dilakukan. Untuk lahan seluas satu hektar, rendam benih sekitar 20 kaleng padi. Sebelum benih ditanam, taburkan pupuk urea dan SP-36 di lahan persemaian dengan jumlah masing-masing sebanyak 10 gram per meter persegi.

  5. Benih ditanam dengan kerapatan sekitar 75 gram per meter persegi.

  6. Saat samai sudah mencapai umur untuk pencabutan, apabila Anda mengalami kesulitan dalam mencabutnya, maka Anda dapat menaburkan garam beberapa bungkus sesuai kebutuhan sehari sebelum mencabut. Hal itu dilakukan agar akar samai mudah dicabut dari tanah.

Demikianlah langkah-langkah pembibitan padi sawah.

Proses penanaman dilakukan setelah benih yang telah tumbuh di persemaian memiliki tiga hingga empat helai daun yang sempurna. Waktu yang diperlukan dari persemaian hingga bibit siap tanam biasanya sekitar 12 hingga 14 hari. Setelah bibit siap tanam, pindahkan mereka dengan hati-hati dari lahan persemaian ke lahan tanam. Pastikan untuk tidak merusak tanaman saat melakukan pemindahan.

Penanaman dilakukan dengan menanam bibit dalam lubang-lubang tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk padi, biasanya dua bibit ditanam dalam satu lubang. Saat menanam, pastikan untuk membentuk akar bibit membentuk huruf L agar akar dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman penanaman bibit berkisar antara 1 cm hingga 15 cm, tergantung pada kondisi dan kebutuhan.

Penanaman padi lebih baik dilakukan dua kali dalam setahun, sesuai dengan waktu penanaman yang ideal. Tahapan penanaman bibit untuk padi sawah melibatkan jarak tanam antara 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm, atau 30 x 20 cm. Pemilihan jarak tanam ini bergantung pada jenis varietas padi yang digunakan serta kesuburan tanah. Jika jenis padi memiliki banyak anakan, maka jarak tanam yang lebih lebar diperlukan. 

Di daerah pegunungan, jarak tanam bisa lebih rapat, sekitar 2-3 batang dengan kedalaman penanaman sekitar 3-4 cm, karena pertumbuhannya cenderung lebih lambat di daerah tersebut. Jika Anda masih bingung dengan jarak penanaman, Anda dapat menggunakan alat pembuat garis jarak untuk membantu dalam penanaman.

Ketika padi baru ditanam, kemungkinan beberapa bibit tidak akan tumbuh. Hal ini disebabkan oleh serangan siput yang memakan bibit akibat genangan air yang berlebihan di sawah. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan. Oleh karena itu, langkah yang dapat diambil adalah melakukan penanaman kembali menggunakan bibit baru. Bibit tersebut akan tumbuh dengan baik asalkan memiliki usia yang sama dengan bibit lainnya.

Selain itu, ada banyak hama dan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan padi. Setiap tanaman membutuhkan nutrisi yang cukup dan langkah pencegahan penyakit melalui pemupukan. Berikut ini adalah pedoman untuk mencegah penyakit dan melakukan pemupukan pada padi:

  • Pada usia 1 minggu, sebaiknya tidak memberikan air secara berlebihan pada padi karena dapat menghambat pertumbuhannya. Selain itu, keong dapat memakan bibit padi yang baru ditanam jika terlalu banyak air. Meskipun tidak dapat menghindari hujan deras, langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah serangan siput adalah dengan membuat saluran air yang terpisah dengan meratakan tanah di sekitar padi. Setelah hujan reda, sebaiknya taburkan pupuk anti-siput agar bibit padi tidak dimakan oleh siput tersebut.
 
  • Pada minggu kedua, sawah dapat diberi air secukupnya agar tanah tetap lembab. Pada saat ini, pemberian pupuk pertama pada padi dapat dilakukan. Pupuk yang digunakan mencakup campuran NPK, Urea, Phonska, dan Jeta. Tujuannya adalah untuk menjaga kekuatan akar tanaman.

  • Saat padi berusia sekitar 2 bulan, disarankan untuk melakukan penyemprotan dengan pupuk cair yang dapat mencegah serangan hama dan penyakit. Hal ini bertujuan untuk melindungi padi dari serangan ulat dan pembusukan.
 
  • Setelah penyemprotan, dalam jangka waktu 1 minggu, padi dapat diberi pupuk kedua. Tujuannya adalah agar padi menghasilkan biji yang berkualitas. Pada pemupukan kedua ini, gunakan campuran Urea dan Phonska.

Hama

  • Tikus

Hama tikus memiliki dampak merusak pada semua tahapan pertumbuhan tanaman padi, mulai dari penyemaian hingga panen. Serangan tikus bahkan dapat terjadi di gudang penyimpanan. Kerusakan paling parah terjadi ketika tikus menyerang tanaman pada fase generatif, dimana tanaman yang terserang pada tahap ini tidak mampu menghasilkan anakan baru. Tikus biasanya menyerang pada malam hari dan bersembunyi di lubang-lubang di sekitar sawah, tanggul, dan daerah sekitar sawah.

Untuk pengendalian hama tikus, disarankan untuk melakukan tindakan sebelum musim tanam agar populasi tikus dapat dikurangi sebelum memasuki musim tanam. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara berburu tikus secara massal, pemasangan perangkap, dan menjaga kebersihan di sekitar lahan. Membersihkan lingkungan dari gulma dan rumput liar juga penting agar tidak menjadi tempat persembunyian bagi tikus.

  • Penggerek batang

Hama penggerek batang adalah serangga yang hidup dan menyerang batang padi. Hama ini berupa larva ngengat yang berwarna kuning atau coklat. Ngengat tersebut meletakkan telur pada setiap batang padi, yang kemudian menetas menjadi larva. Larva-larva ini merusak tanaman dengan memakan batang padi dari dalam, menyebabkan kerusakan pada tanaman seperti menguning dan bahkan kematian.

Untuk mengendalikan hama penggerek batang, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, menggunakan varietas unggul padi yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan anakan baru dan mengkompensasi anakan yang mati akibat serangan hama. Contoh varietas unggul padi yang dapat digunakan adalah PB36, IR77, PB32, atau IR66.

Selain itu, menghamparkan jerami dan menjemurinya dapat membantu membunuh larva yang ada di dalam jerami tersebut. Menyayat ujung helaian daun sebelum melakukan pindah tanam juga dapat mengurangi jumlah larva yang ada. Biasanya, telur hama penggerek batang kuning diletakkan dekat ujung helaian daun, sehingga dengan menyayat ujung daun, jumlah larva dapat dikurangi.

Penggunaan insektisida sistemik berbentuk butiran seperti furadan, karbofuran, atau curater juga bisa dilakukan. Insektisida ini akan diserap oleh akar dan masuk ke dalam jaringan tanaman. Ketika larva memakan batang padi yang telah terkontaminasi oleh insektisida, larva tersebut akan mati.

Pengendalian hama penggerek batang pada tanaman padi dapat dilakukan dengan kombinasi langkah-langkah di atas untuk meminimalkan kerusakan dan menjaga pertumbuhan tanaman yang sehat.

  • Wereng

Wereng merupakan hama yang memiliki beberapa jenis, antara lain wereng cokelat, wereng putih, dan wereng hijau. Wereng menyerang tanaman padi dengan menghisap cairan pada tanaman dan dapat menularkan virus. Serangan ini dapat menyebabkan tanaman mengering atau pertumbuhannya terhambat. Untuk mengendalikan hama ini, penggunaan musuh alami seperti Beauveria bassiana bisa digunakan. Namun, jika serangan sudah terjadi dan sulit dikendalikan, maka penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan membakar tanaman sehingga serangan dapat diminimalisir pada musim tanam berikutnya.

  • Burung

Hama burung menyerang tanaman padi pada fase masak susu hingga panen. Burung akan memakan bulir padi yang sedang menguning, menyebabkan kerugian langsung dalam hasil panen. Selain itu, burung juga dapat mematahkan malai padi. Pengendalian hama burung dapat dilakukan dengan mengusir burung menggunakan ajir berwarna merah di sekitar sawah atau menggunakan tali yang digantungi kaleng atau plastik untuk menghasilkan suara yang mengusir burung. Penggunaan jaring di atas lahan sawah juga bisa digunakan.

Penyakit

  • Blas

Gejala penyakit Blas dapat terjadi pada daun, batang, malai, dan gabah, tetapi gejala yang umum terjadi adalah pada daun dan leher malai. Gejala pada daun berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung yang runcing. Pusat bercak memiliki warna kelabu atau keputih-putihan dan biasanya memiliki tepi coklat atau coklat kemerahan. Gejala khas dari penyakit Blas adalah busuknya ujung tangkai malai yang disebut busuk leher. Tangkai malai yang terkena busuk mudah patah dan menyebabkan gabah tidak berkembang dengan baik. Pada gabah yang terinfeksi, terdapat bercak-bercak kecil yang bulat.

Penularan penyakit ini terutama melalui spora yang tersebar melalui udara. Spora ini terbentuk dan dilepaskan terutama pada malam hari, meskipun kadang-kadang juga terjadi setelah hujan. Spora hanya dilepaskan ketika kelembaban udara relatif lebih dari 90%. Pelepasan spora terjadi secara eksplosif karena pecahnya sel-sel kecil di bawah spora akibat tekanan osmotik. Penetrasi biasanya terjadi langsung dengan menembus lapisan luar tanaman. Permukaan atas daun dan daun yang lebih muda lebih rentan terhadap penetrasi. Patogen P. oryzae dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman dan gabah dalam bentuk miselium dan spora.

Pengendalian Penyakit Blas :

  1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah.
  2. Hindarkan penggunaan pupuk N di atas dosis anjuran.
  3. Hindarkan tanam padi terus-menerus sepanjang tahun dengan varietas yang sama.
  4. Sanitasi lingkungan harus intensif, karena inang alternatif pathogen khususnya kelompok rerumputan sangat potensial sebagai inokulum awal.
  5. Hindari tanam padi terlambat dari petani disekitarnya.
  6. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk menyelamatkan persemaian sampai umur 40 hari setelah sebar.
  7. Penyemprotan fungisida sistemik minimum sekali pada awal berbunga untuk mencegah penyakit blas leher dapat dianjurkan untuk daerah endemik blas.
  8. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
  9. Pemakaian jerami sebagai kompos.
  • Tungro

Tungro adalah penyakit virus pada padi yang menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan. Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang sering berwarna kuning sampai kuning-oranye. Wereng hijau adalah serangga utama yang menyebarkan virus tungro.

Pengendalian Penyakit Tungro :

  1. Gunakan varietas padi yang tahan tungro.
  2. Tanam serempak.
  3. Rotasi varietas penting untuk mengurangi gangguan.
  4. Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi untuk mengurangi sumber penyaki, menghancurkan telur dan tempat penetasan wereng hijau.
  5. Cabut dan bakar tanaman yang sakit.
  6. Tanam serempak untuk mengurangi penyebaran tungro.
  7. Setelah panen, buang jerami dan sisa tanaman yang terinfeksi tungro dengan bajak dan garu.
  8. Pengendalian juga perlu dilakukan terhadap wereng hijau, menggunakan insektisida berbahan aktif BPMC, buprofezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran, MIPC, atau tiametoksam.

Teknik pemupukan tanaman padi relatif dan tidak memiliki pengukuran yang tepat untuk dosis dan waktu, karena tergantung pada berbagai faktor. Struktur tanah dan kondisi nutrisi bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, membutuhkan teknik pemupukan yang berbeda untuk tanaman padi.

Teknik 1: Jika kita menggunakan kombinasi pupuk tunggal (Urea, SP-36, dan KCI), dosis yang dianjurkan per hektar adalah sebagai berikut:

  • Pupuk Nitrogen (Urea): 200 kg – 250 kg
  • Pupuk Fosfor (SP36): 100 kg – 150 kg
  • Pupuk Kalium (KCl): 75 kg – 100 kg

Waktu pemberian pupuk juga bervariasi. Mengikuti rekomendasi di atas, langkah-langkah berikut dapat diambil:

  • Sebarkan pupuk SP36 sesuai dosis anjuran pada lahan sawah satu hari sebelum penanaman bibit.
  • Setelah 7 hari tanam, sebarkan urea sekitar 30% (sekitar 70 kg) dan KCl pada 50% (sekitar 40 kg) dari dosis yang dianjurkan.
  • Setelah 20 hari, oleskan urea pada 40% dari dosis.
  • Setelah 30 hari, oleskan urea pada 30% dan KCl pada 50% dari dosis yang dianjurkan.

Teknik 2: Jika kita menggunakan dosis pupuk yang sama seperti yang disebutkan di atas (urea, SP36, dan KCI) dan melakukan pengecekan warna daun menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), teknik penanamannya adalah sebagai berikut:

  • Satu hari sebelum tanam, sebarkan 100% pupuk SP36 yang direkomendasikan.
  • Setelah 7 hari, sebarkan urea sebesar 30% dan KCl sebesar 50%.
  • Periksa warna daun secara teratur menggunakan BWD setiap minggu. Jika urea tambahan diperlukan, oleskan sekitar 10% lebih banyak. Lanjutkan pengecekan rutin hingga tanaman padi mencapai usia 40 hari.
  • Setelah 30 hari, sebarkan sisa 50% KCl.

Teknik 3: Jika kita menggunakan urea dan NPK (Phonska) dengan perbandingan 100 kg urea dan 300 kg Phonska per hektar, aplikasi yang disarankan adalah sebagai berikut:

  • Setelah 7 hari tanam, sebarkan urea pada 30% dan Ponska pada 50% dari dosis yang dianjurkan.
  • Setelah 20 hari, oleskan urea pada 40% dari dosis.
  • Setelah 30 hari, sebarkan urea pada 30% dan Ponska pada 50% dari dosis yang dianjurkan.
  • Jika menggunakan BWD, setelah 7 hari, tidak perlu menggunakan urea, tetapi hanya Ponska sebesar 50%. Kemudian, lanjutkan pengujian mingguan dengan BWD, dan jika hasilnya tidak memuaskan, tambahkan urea sekitar 10% lebih banyak.
  • Setelah 30 hari, sebarkan sisa 50% dari Ponska.

Teknik 4: Untuk penggunaan urea dan NPK Pelangi dengan komposisi 100 kg urea dan 300 kg NPK per hektar, teknik aplikasinya adalah sebagai berikut:

  • Satu hari setelah tanam, aplikasikan 100% NPK Pelangi.
  • Setelah 7 hari, oleskan urea pada 30%.
  • Setelah 20 hari, oleskan urea pada 40%.
  • Setelah 30 hari, oleskan sisa 30% urea.
  • Jika menggunakan BWD, aturannya adalah menerapkan 100% NPK Pelangi satu hari setelah tanam. Setelah 7 hari, lakukan tes BWD, dan ikuti prosedur yang sama seperti yang disebutkan di atas jika hasil tes tidak memuaskan. Sedangkan untuk Ponska, pemupukan yang disarankan adalah sebagai berikut:
  • Aplikasi awal: 150 kg Ponska + 100 kg ZA setelah tanam.
  • Setelah 15 hari: 150 kg Ponska + 50 kg ZA.
  • Setelah 35 hari: 100 kg Urea.

Rata-rata pemanenan padi adalah berumur 4 bulan setelah penanaman. Namun pemanenan juga tergantung pada bibit padi yang ditanam. Dari antar keempat bibit padi di atas, yang paling cepat waktu pemanenannya adalah Sipandan. Sipandan adalah jenis padi dengan ukuran batang yang tinggi. Pemanenan padi ini lebih cepat dari bibit padi lainnya, yaitu 3 bulan 2 bulan atau 3 1/2 bulan saja.

Bibit Ampari adalah salah satu padi yang membutuhkan waktu normal dalam pemanenannya, yaitu umur 4 bulan setelah penanaman.

Lain halnya dengan Siboga dan Sikuning. Kedua jenis bibit padi ini membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemanenannya namun tidak membuat kualitas berasnya menjadi tidak baik. Kedua padi ini membutuhkan 5 bulan untuk dipanen setelah penanamannya.

Dalam pemanenannya, ada 2 metode yang dapat Anda lakukan, yaitu panen dengan cara tradisional dan dengan cara yang modern.

Pemanenan Padi dengan Cara Tradisional

  1. Siapkan peralatan yang diperlukan untuk memanen padi secara tradisional, seperti sabit, terpal sebagai alas saat merontokkan padi, dan alat perontok padi yang disebut lage-lage dan tirai dalam bahasa Batak.

  2. Langkah pertama adalah memotong batang padi dengan menggunakan sabit. Pegang satu rumpun batang padi dan potong di bagian bawah batang dengan hati-hati. Kemudian, tumpuk batang padi yang sudah dipotong ke dalam tumpukan kecil. Pastikan Anda berhati-hati saat memotong batang padi agar menghindari cedera.

  3. Setelah semua batang padi dipotong, kumpulkan tumpukan kecil tersebut dekat dengan terpal yang telah disiapkan. Gunakan alat perontok tradisional dan mulailah merontokkan padi.

  4. Cara merontokkan padi adalah dengan memegang segenggam batang padi. Pegang bagian bawah batang dan pukul-pukulkan padi ke alat perontok hingga semua butir padi rontok. Bagi pemula, sebaiknya jangan menggenggam batang padi yang terlalu besar agar hasilnya lebih maksimal. Proses merontokkan padi seperti ini memerlukan tenaga yang cukup besar.

  5. Setelah semua padi berhasil dirontokkan, bersihkan padi dari daun-daun padi yang ikut rontok serta kotoran lainnya. Terakhir, jemur padi hingga kering sehingga siap digiling atau disimpan.

 

Pemanenan Padi dengan Cara Modern

Seiring berjalannya waktu, petani telah beralih dari penggunaan alat pertanian tradisional ke alat pertanian modern. Hal ini dilakukan untuk mencapai hasil maksimal dalam waktu yang efisien.

Jika sebelumnya proses panen padi melibatkan beberapa tahap dan berbagai alat, kini telah tersedia mesin panen padi. Mesin pemotong padi merupakan inovasi pertanian yang digunakan untuk memanen padi atau memotong tangkai padi. Alat ini membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses panen padi.

Dengan menggunakan mesin pemotong padi, proses memanen atau memotong tangkai padi menjadi lebih mudah, cepat, aman, dan menghemat tenaga, waktu, pikiran, serta biaya.

Cara kerjanya adalah ketika mesin dioperasikan, bagian depan mesin langsung memotong tanaman padi yang sudah matang. Jerami padi yang telah bersih keluar dari bagian belakang mesin dan tertata rapi di area persawahan. Sedangkan butiran padi yang telah bersih keluar dari sisi mesin dan masuk ke dalam kantong padi.

Memanen padi dengan mesin memiliki beberapa keunggulan, antara lain hemat tenaga karena hanya memerlukan minimal tiga orang, padi yang dihasilkan lebih bersih, dan tingkat kehilangan padi yang lebih sedikit.

Dalam memanen padi dengan mesin, waktu yang dibutuhkan juga lebih singkat. Satu hektar padi hanya memerlukan sekitar 2 jam, sedangkan jika menggunakan tenaga manusia membutuhkan waktu yang lebih lama.

Budidaya Tanaman Jagung

Tanaman jagung adalah salah satu tanaman yang hampir tumbuh di setiap desa di daerah Toba. Tanaman ini menjadi salah satu kategori tanaman dengan hasil produksi yang tinggi di Toba. Apalagi sekarang ini, tanaman jagung menghijau di mana-mana. Bahkan lahan sawah pun dijadikan untuk menanam jagung. Selain karena pertumbuhannya yang subur, perawatan jagung ini tidak sulit.


Lahan jagung di desa Matio, Kabupaten Toba

Tanaman jagung di desa Matio

Tanaman jagung bukanlah jenis tanaman yang sulit untuk dibudidayakan. Tanaman jagung tidak terlalu membutuhkan banyak air, jadi cocok ditanam di berbagai jenis kondisi geografis lingkungan.

Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi seperti area pegunungan. Tanah yang baik untuk penanaman jagung adalah kering namun lembab.

Kondisi tanah yang ideal untuk tanaman jagung adalah tanah dengan kadar pH sekitar 5-8. Namun, kondisi tanah yang paling ideal adalah di ketinggian 1500-1900 mdpl (meter di atas permukaan laut). Untuk menanam jagung, tanah harus mengandung unsur hara yang cukup agar bisa menghasilkan panen jagung dengan hasil yang optimal dan baik.

Tahapan setelah mempersiapkan lahan dan benih, untuk mendapatkan hasil yang terbaik adalah:

Menggemburkan lahan terlebih dahulu. Bisa dengan metode yang manual dengan mencangkul apabila areanya tidak terlalu lebar. Namun jika areanya luas dan lumayan sulit untuk dicangkul, Anda sebaikknya menggunakan traktor.

 
Jika area tanamnya sangat luas, diamkan lahan tersebut sekitar 5-7 hari untuk diangin-angin. Kedalaman area tanam sebaiknya 25 hingga 30 cm. Tujuannya adalah, agar tanaman jagung nantinya akan mendapatkan oksigen yang cukup. Bersihkan atau siangi tanaman atau rumput liar (gulma) yang ada dan ikut menempel pada tanah yang akan menjadi area tanam jagung.Berikan pupuk kandang (kotoran ternak) pada area yang akan diberikan bibit jagung agar tanah lebih banyak mengandung unsur hara.

Apabila lahan yang akan digunakan untuk persiapan tanam jagung adalah tanah atau lahan yang bekas dari sawah, maka ini adalah hal yang sangat baik. Sebab akan sangat menguntungkan kita, karena keadaan tanah tersebut lembab dan banyak mengandung protein sehingga siap langsung bisa ditanami benih jagung. Tapi jangan lupa, sebaiknya memberikan area tanam agar lahan tidak terlalu basah seperti membuat sela-sela aliran air (bedengan).


Buatlah lubang tanam dengan kedalaman kurang lebih 5cm. Berikan jarak antar lubang sekitar 50 hingga 70 cm. Tujuannya adalah agar jagung berkembang dengan baik. Ada 2 cara dalam melubangi tanahnya, yaitu dengan mencangkulnya lalu dengan membuat lubang menggunakan kayu yang sedikit besar seukuran tongkat cangkul. Jika tanah tidak ditraktor sebelumnya, maka sebaiknya lubangi tanah dengan cangkul.

Varietas unggul

Penggunaan varietas unggul (baik hibrida maupun komposit) berperan penting dalam meningkatkan produktivitas jagung. Saat memilih varietas, penting untuk mempertimbangkan deskripsinya, terutama potensi hasil, ketahanan terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap kekeringan dan tanah asam, kematangan tanaman, warna benih, dan preferensi oleh petani dan pedagang.

Benih Berkualitas

Penggunaan benih yang berkualitas merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam budidaya jagung. Gunakan benih bersertifikat dengan kekuatan tinggi. Sebelum tanam, daya kecambah biji harus diuji. Benih yang baik memiliki tingkat perkecambahan lebih dari 95%. Hal ini penting karena dalam budidaya jagung, tidak disarankan untuk menanam kembali tanaman yang tidak berkecambah dengan menabur benih di daerah di mana tanaman tidak tumbuh

Benih berkualitas, ketika ditanam, akan berkecambah serentak dalam waktu 4 hari setelah tanam dalam kondisi normal. Penggunaan benih yang berkualitas akan menghemat jumlah benih yang ditanam. Populasi tanaman yang direkomendasikan dapat dicapai (sekitar 66.600 tanaman/ha).

Sebelum tanam, benih harus diperlakukan dengan metalaxyl (biasanya berwarna merah) dengan kecepatan 2 gram (zat produk) per 1 kg benih dicampur dengan 10 ml air. Solusinya harus dicampur dengan biji sesaat sebelum tanam. Perawatan benih ini dimaksudkan untuk mencegah bulai, yang merupakan penyakit utama pada jagung. Benih jagung yang biasa dijual dalam kemasan biasanya sudah diberi perlakuan metalaxyl (berwarna merah), sehingga tidak perlu perlakuan benih tambahan.

           

Persiapan Tanah untuk Penanaman Jagung dapat dilakukan dengan dua cara: pengolahan tanah konvensional (CT) dan no-till (NT) jika tanah gembur. Namun, jika tanah memiliki kandungan tanah liat yang tinggi, disarankan untuk melakukan pengolahan tanah konvensional yang intensif. Di daerah di mana jagung ditanam dua kali setahun, penanaman pertama selama musim hujan (musim utama) melibatkan persiapan tanah yang menyeluruh, sedangkan untuk penanaman berikutnya (di luar musim), penanaman tanpa pengolahan dapat dilaksanakan untuk mempercepat proses penanaman.

Kondisi cuaca atau musim menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan panen jagung. Jika ingin menanam, sebaiknya tanam pada awal musim hujan, karena jagung tetap membutuhkan air hujan meskipun tidak terlalu membutuhkan air pada lokasi penanamannya. Suhu yang dibutuhkan tanaman jagung adalah sekitar 21 derajat Celsius dan wajib mendapatkan intensitas sinar matahari langsung selama minimal 8 jam per harinya. Karena jagung tidak terlalu membutuhkan air, maka rata-rata curah hujan yang dibutuhkan sebesar 85-250 mm tiap bulannya.

Setelah proses pengolahan lahan, maka area tanam tentunya sudah siap. Menanam benih jagung ini, seperti penjelasan sebelumnya, lebih tepat dan baik untuk diadakan pada awal musim penghujan. Namun, apabila ingin melakukannya saat musim kemarau, pastikan pengairan berjalan dengan baik. Metode untuk menanam jagung ini, bisa dengan memasukkan 1 hingga 2 benih jagung pada satu lubang tanam atau lubang tunggalan. Namun kebanyakan orang menanamnya dengan 2 biji benih jagung. Tahapan berikutnya adalah dengan mengisi lubang dengan menggunakan pupuk kompos. Apabila tanahnya gembur, lubangnya dapat Anda lubangi dengan kayu bulat saja seperti ujung tongkat cangkul. Namun, jika tanahnya lumayan keras, Anda dapat melubanginya dengan mencangkul tanahnya. Setelah bibit jagung sudah dimasukkan ke lubang, Anda dapat menutupnya dengan tanah itu langsung, atau jika Anda rajin, Anda dapat menutupnya dengan kompos. Saat menutupnya dengan tanah, Anda harus menggemburkan tanahnya lebih dahulu agar nanti jagung dapat tumbuh ke atas. 

 

Ada beberapa tahapan pemeliharaan tanaman jagung setelah penanaman. Tahapannya adalah sebagai berikut:

Penyulaman, yaitu mengecek secara langsung bibit jagung yang telah ditanam dengan jangka waktu kurang lebih 1 minggu. Pada tahap ini, petani mengecek apakah ada bibit jagung yang yang sekiranya tidak tumbuh dengan baik. Apabila ada bibit yang tidak mengalami proses tumbuh dengan baik, perlu untuk mencabut atau menyingkirkannya dan dengan segera mengganti dengan benih jagung yang baru.
Penyiangan pada tanaman jagung yang sudah berumur 2 minggu. Caranya adalah dengan membersihkan rumput atau tanaman liar (gulma) yang tumbuh di sekitaran jagung agar tidak menghambat perkembangan jagung. Pembersihan gulma ini bisa dengan cara manual atau menggunakan pestisida.
Menyiram tanaman jagung pada saat musim kemarau, agar tanah tetap lembab dan tidak kekurangan air.

Memupuk jagung setelah mengalami pertumbuhan sekitar 2 bulan untuk menambah nutrisi pada jagung. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani Toba adalah, npk yang dapat juga dicampur dengan urea.
Pemupukan jagung bisa hanya dengan pupuk npk saja, tanpa menggunakan pupuk organik.
Mengendalikan hama dan penyakit. Apabila tanaman jagung sudah terinfeksi oleh hama serta penyakit maka sudah sewajibnya melakukan pembasmian hama dan penyakit dengan cara yang efisien dan tepat sasaran. Hama dan penyakit memiliki karakteristik yang berbeda maka kita harus mempunyai trik sendiri untuk membasmi dari jenis hama serta penyakit tersebut. Beberapa jenis dan hama yang sering menyerang tanaman ini, antara lain, hama ulat tongkol, kutu daun, hama penggerek batang, tikus, belalang hingga ke penyakit bulai dan juga penyakit karatan.

Berikut adalah hama dan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan jagung:

Hama

  • Ulat daun

Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya tanaman jagung yang berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi rusak. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol atau yang lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.

  •  Lalat bibit                                                                                             Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada bagian daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati.Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
  • Ulat grayak 

Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian batang yang masih muda, batang akan putus dan akhirnya tanaman jagung mati. Hama Agrotis sp. Menyerang pada malam dan siang hari. Ada 3 jenis ulat grayak/agrotis yang memiliki warna hitam dan ulat ini sering ditemukan di daerah dataran tinggi.
Lalu ada Agrotis interjection yang memiliki warna hitam. Pengendalian ulat ini dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida yang sesuai dan menggunakan dosis sesuai anjuran.

Penyakit

  • Hawar daun tercium                                                                       

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar. Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.

  • Hawar daun maydis                                                           

Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini berupa bercak coklat abu-abu pada seluruh permukaan daun. Bila parah penyakit ini akan menyerang hingga bagian jaringan tulang daun yang akhirnya jaringan daun tersebut mati.

  • Hawar daun corbonum                                       

Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan timbul gejala berupa bercak coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun. Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan thiram dan karboxin, serta pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55°C.

Waktu Pemupukan Jagung

Selain pemupukan dasar, untuk jenis tanah yang didominasi dengan tanah liat pemupukan kembali dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat tanaman berumur 10 dan 35 hari setelah tanam (hst), sedangkan perlakuan untuk tanah yang didominasi pasir dilakukan tiga kali pemupukan yaitu pada tanaman berumur 7-10 hst, 28-30 hst dan 40-45 hst.

Pemupukan Dasar Jagung

Selain berguna untuk menjaga kesehatan, kesuburan, serta mempercepat pertumbuhan tanaman jagung, pemupukan dasar juga dilakukan sebagai upaya dalam mencukupi kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jagung pada saat tanaman jagung dalam keadaan stress.

Nah, mengapa tanaman jagung bisa stress ? hal itu dikarenakan pada masa awal pertumbuhan atau pada saat tanaman masih berkecambah, jagung akan menggunakan nutrisi dari biji jagung.

Setelah beberapa hari nutrisi dari biji jagung ini akan habis dan kemudian akar mulai memainkan perannya dalam mencari makanan. Pada saat itulah terjadi proses adaptasi tanaman dengan lingkungan yang biasanya diiringi dengan stres pada tanaman.

Semakin lama stres yang dialami oleh tanaman, maka akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang menjadi terhambat. Disinilah pupuk dasar berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman. Agar dapat memperpendek masa stress tanaman tadi. Tanaman jagung yang nutrisinya tercukupi akan berpengaruh pada daya tahan tanaman yang meningkat.

Pemupukan Susulan Jagung

Jenis Pupuk Jagung

Pada umumnya pupuk yang digunakan adalah pupuk tunggal yaitu Urea sebagai pupuk N (Nitrogen), SP-36 sebagai pupuk P (Fosfor) dan KCl sebagai pupuk K (Kalium). Karena sekarang pupuk tunggal KCl sudah tidak tersedia lagi dipasaran, maka untuk pupuk Kalium diambil dari pupuk majemuk NPK.

Dosis Pupuk

Untuk takaran pupuk tunggal per hektar yang umum digunakan adalah Urea sebanyak 350 kg + SP-36 sebanyak 200 kg + KCl sebanyak 100 kg. Sedangkan untuk takaran pupuk majemuk per hektar yang biasanya digunakan adalah NPK 15:15:15 sebanyak 400 kg + Urea sebanyak 270 kg + SP-36 sebanyak 80 kg.

Tabel 1. Takaran penggunaan pupuk tunggal

Jenis pupuk Takaran Pupuk
(kg/ha
Takaran pupuk/umur tanaman (kg/ha)
7 – 10 hst 28 – 30 hst 40 – 45 hst
Urea 350 150 200 BWD
ZA 50 50
SP-36  200 200
KCL 100 50 50

Tabel 2. Takaran penggunaan pupuk majemuk NPK

Jenis pupuk Takaran Pupuk
(kg/ha
Takaran pupuk/umur tanaman (kg/ha)
7 – 10 hst 28 – 30 hst 40 – 45 hst
NPK 15:15:15 400 150 250
SP-36 80
Urea 270 120 150 BWD

Cara pemupukan Jagung

  1. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara ditugal di samping pangkal tanaman sedalam 5-10 cm, kemudian ditutup dengan tanah.
  2. Pada pemupukan ketiga (42 – 45 hst) pemberian pupuk dilakukan dengan cara membaca BWD (Bagan Warna Daun) untuk menentukan kebutuhan N (Nitrogen) tanaman atau jumlah pupuk urea yang dibutuhkan.

Caranya : tempelkan daun jagung teratas yang sudah terbuka dengan sempurna, lalu ukurlah tingkat kehijauan daun seperti pada gabar dibawah ini.

Nb : Waktu pembacaan yang baik adalah pada sore hari agar tidak terpengaruh oleh cahaya matahari.

Dalam kegiatan pemanenan, terdapat berbagai aspek yang perlu diperhatikan, seperti kriteria dan teknik panen. Jika proses ini dilakukan sesuai dengan persyaratan yang diperlukan, hasil panen yang berkualitas baik dapat diperoleh, dan kerugian hasil saat panen dapat diminimalkan. Persyaratan dan teknik panen yang dilakukan dengan baik juga memudahkan penanganan selanjutnya, seperti pasca panen dan pengolahan menjadi produk setengah jadi atau produk jadi. Penggunaan bahan baku yang berkualitas juga meningkatkan kualitas produk olahan jagung. 

Umumnya, teknik panen dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan panen jagung:

  1. Tentukan tanaman yang memiliki tongkol yang matang secara fisiologis (tua).
  2. Petik tongkol dengan tangan hingga terlepas dari batangnya.
  3. Lakukan pemetikan tongkol-tongkol lain pada tanaman yang ada di area kebun.

Teknik panen yang baik sangat penting untuk memperoleh hasil yang berkualitas dan mengurangi kerugian hasil akibat pemanenan. Jika panen dilakukan terlalu cepat, kuantitas hasil yang diperoleh akan rendah, sedangkan jika terlambat, sebagian hasil dapat hilang karena serangan jamur, serangga, atau hewan pengerat.

Kriteria panen: 

Penentuan waktu panen yang tepat untuk jagung sangat tergantung pada tujuan penggunaan produksi tersebut. Untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus atau bakar, waktu panen yang paling tepat adalah saat tongkol berada pada tahap setengah tua, yaitu tongkol dengan ukuran maksimum, biji yang penuh dan padat, serta bekas melekuk terlihat saat ditekan.

Pada skala usaha komersial, panen tongkol jagung umumnya dilakukan setelah mencapai tahap tua (matang fisiologis), karena biji-bijinya akan dikeringkan. Panen jagung tahap tua dapat dilakukan saat kadar air jagung masih tinggi atau sudah rendah. Jika panen dilakukan saat kadar air jagung tinggi, segera setelah tongkol menunjukkan tahap matang fisiologis.

Panen jagung juga dapat dilakukan saat kadar air rendah, yaitu dengan membiarkan tongkol yang sudah matang kering di ladang, kemudian memotong bagian pucuknya agar kadar air biji saat panen mencapai 20-24%.

Panen terlalu dini, saat tongkol belum mencapai tahap matang fisiologis, dapat mengurangi kualitas produksi, dengan persentase biji yang masih muda cukup tinggi dan daya simpan rendah. Sebaliknya, panen jagung yang terlalu tua dapat mengakibatkan kerusakan akibat kondisi lingkungan dan serangan hama. Panen saat musim hujan seringkali menyebabkan biji jagung berjamur, sehingga memudahkan kontaminasi aflatoksin oleh jamur Aspergillus sp.

Ciri-ciri jagung siap dipanen saat mencapai tahap matang fisiologis adalah sebagai berikut:

  1. Tongkol berumur 7-8 minggu setelah bunga muncul.
  2. Kelobot tongkol sudah berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan.

Budidaya Tanaman Ketan

Padi Ketan adalah salah satu jenis padi yang memiliki kandungan kadar amilosa yang tinggi. Secara umum, Padi Ketan berbeda dari jenis padi lainnya karena memiliki tekstur yang lebih lembut dan aroma yang khas. Padi Ketan biasanya dijadikan bahan utama dalam pembuatan makanan khas Indonesia, seperti ketan hitam, ketan putih, dan lontong. Karena beragam manfaat, maka masyarakat Toba juga tidak lupa untuk membudidayakan.

Sudah banyak yang mengelolah tanaman ini, namun belum sebanyak pengelolah tanaman padi biasa (padi sawah).

Lahan untuk menanam ketan sama saja dengan padi sawah/lumpur. Semua aturan penanaman hingga pemupukan dan pemanenan tidak berbeda dengan padi sawah. Tanah yang efisien untuk digunakan sebagai tempat persemaian adalah tanah yang subur, gembur dan mengandung banyak humus. Tanahnya juga harus terbuka dan tidak terlindung dari pepohonan sehingga sinar matahari dapat diterima dan digunakan maksimal dalam pertumbuhan tanaman beras ketan. 

Dalam proses persemaian membutuhkan air dalam jumlah yang banyak sehingga Anda harus melakukan pengairan yang teratur. Apabila lahan persemaian cukup luas sebaiknya persemaian dibuat memencar sehingga akan menghemat tenaga dan biaya pengangkutan.

Namun, agar lebih lengkap, berikut adalah teknik pengolahan lahan padi ketan:

Untuk mencapai hasil optimal, penting untuk mengelola tanaman ketan dengan baik mulai dari pengolahan lahan sebelum ditanami, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan, hingga pemanenan.

Salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan panen adalah pengolahan lahan sebelum ketan ditanam. Pengolahan lahan yang tepat sangat penting bagi tanaman ketan karena lahan sawah merupakan sumber nutrisi yang diperlukan oleh tanaman. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman ketan dipengaruhi oleh sejauh mana proses pengolahan lahan sebelum tanam dilakukan.

Pembajakan pertama: Lakukan pembajakan dengan menggunakan alat tradisional seperti bajak atau singkal yang ditarik oleh sapi atau kerbau, atau menggunakan bajak traktor tangan modern.

Pembajakan ini bertujuan membalikkan lapisan tanah dan menyelamkan sisa-sisa tanaman seperti rumput dan jerami. Setelah pembajakan, biarkan tanah selama beberapa hari untuk mengalami proses fermentasi dan membusukkan sisa-sisa tanaman.

Pemberian bahan organik: Selama proses pengolahan, tambahkan bahan organik atau pupuk kandang. Hal ini akan meningkatkan kandungan nutrisi dan pertumbuhan mikroba dalam tanah, serta memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Gunakan bahan organik atau pupuk kandang sebanyak 2-3 ton per hektar, seperti kompos, jerami, kotoran sapi atau ayam, pupuk hijau, dan pupuk organik lainnya.

Pengolahan kedua: Setelah pembajakan pertama, lanjutkan dengan pengolahan kedua untuk mencampurkan bahan organik dengan tanah. Pastikan pasokan air selama proses ini mencukupi, tanah tidak terlalu kering atau terlalu basah. Proses pencampuran dilakukan hingga bahan organik benar-benar menyatu dengan lapisan tanah yang diolah.

Meratakan permukaan tanah: Gunakan alat seperti papan kayu yang ditarik oleh sapi atau kerbau dalam metode tradisional, atau traktor tangan dalam metode modern, untuk meratakan permukaan tanah. Tujuan dari langkah ini adalah agar lapisan tanah siap untuk ditanami ketan saat penanaman dilakukan.

Waktu pengolahan: Sesuaikan waktu pengolahan lahan dengan persiapan persemaian agar tidak terjadi keterlambatan saat penanaman. Waktu yang ideal berkisar antara 15 hingga 21 hari.

Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, Anda dapat mengelola tanaman ketan dengan baik dan meningkatkan hasil panen secara optimal.

Untuk penanaman ketan gunakan bibit yang sudah disemai dengan umur 25 hari hingga 50 hari dan memiliki daun sebanyak 5 hingga 7 helai. Tinggi bibit yang efisien yaitu 25 cm dengan memiliki batang yang kuat, besar dan kokoh. Bibit yang akan digunakan bisa dicabut kemudian diikat besar agar memudahkan dalam membawanya. 

Bibit yang telah dicabut sebaiknya segera di tanam da tidak boleh dibiarkan bermalam. Penanaman ketan putih sebaiknya dibuat larikan dengan jarak 20 cm x 20 cm. Penanaman ketan putih sebaiknya dilakukan dengan berjalan mundur dimana tangan kanan digunakan menanam dan tangan kiri digunakan memegang bibit. Tiap lubang sebaiknya ditanami 2 sampai 3 bibit dengan ke dalaman 3 cm hingga 4 cm. Usahakan agar tanaman dapat tegak lurus.

Tahapan penanaman bibit untuk jenis ketan dimulai ditanam dengan jarak tanam  20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm, hal ini tergantung dari jenis varietas ketan yang digunakan dan tingkat kesuburan tanah. Ketan untuk jumlah anakan banyak membutuhkan jarak tanam lebih lebar dan untuk di daerah pengunungan jarak tanam dibuat lebih rapat 2-3 batang dengan kedalaman 3-4 cm, hal ini karena kecenderungan daerah pengunungan memiliki pertumbuhan sedikit lambat. Jika Anda masih bingung dengan ukuran jarak untuk menanam, Anda dapat menggunakan garis pembuat jarak untuk menanam.

Sama dengan padi, ketan juga dilakukan 2 kali pemupukan. Langkah-langkah dan waktu pemupukannya pun sama. Berikut adalah aturan pemupukan tanaman ketan:

  • Saat ketan berumur 1 minggu, sebaiknya jangan diairi dulu karena dapat menghambat pertumbuhan ketan, selain itu daunnya dapat habis dimakan keong. Keong dapat memakan batang dan daun ketan yang baru ditanam akibat kebanyakan air. Walaupun tidak mengairinya, tentu kita tidak dapat mencegah datangnya hujan deras. Untuk mencegah keong, sebaiknya berikat sela-sela untuk aliran air dengan mengerok tanah di pinggiran padi. Setelah hujan reda, sebaiknya taburkan pupuk keong agar keong tidak memakan batang ketan tersebut.
  • Pada minggu kedua, Anda dapat mengairi sawah secukupnya agar tanah lembab. Pada saat itulah pupuk pertama diberikan. Pupuk yang diberikan adalah campuran NPK, Urea, Phonska, dan Jeta. Tujuannya adalah, agar akar tanaman tidak putus.
  • Kira-kira umur 2 bulan, ketan dapat disemprot dengan pupuk cair yang dapat mencegah hama dan penyakit. Tujuan dari penyemprotan ini adalah, agar ketan tidak terserang oleh ulat-ulat (gulat-gulat) dan kebusukan.
  • Setelah penyemprotan, sela 1 minggu, ketan dapat dipupuk untuk kedua kalinya. Tujuannya agar ketan menghasilkan biji yang bagus. Pada pemupukan kedua ini, gunakan campuran Urea dan Phonska

Penyakit pada tanaman tentu tidak bisa dielak. Setelah mencapai umur kira-kira 2 bulan, penyakit pada tanaman ketan mulai bermunculan sama seperti padi. Penyakit yang sering menyerang padi ketan juga sama dengan padi biasa, yaitu sipoltongon (daun ketan menguning cerah) yang dapat menyebar ke tanaman ketan lainnya. Sipoltongon ini bisa diakibatkan oleh air yang terlalu banyak. Penyakit ini lumayan sulit diatasi. Namun dengan menyemprotnya menggunakan pupuk cair hama dan penyakit, dapat meminimalisir penyakit tersebut.

Pemupukan tanaman ketan merupakan proses memberikan nutrisi yang diperlukan oleh tanaman ketan untuk pertumbuhannya. Pemupukan yang tepat akan membantu tanaman ketan tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil panen yang optimal. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diikuti untuk melakukan pemupukan tanaman ketan:

Analisis tanah: Lakukan analisis tanah sebelum melakukan pemupukan. Analisis ini akan memberikan informasi mengenai kondisi kesuburan tanah, pH, dan kandungan nutrisi yang ada. Dengan demikian, Anda dapat menentukan jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman ketan.

Pilih pupuk yang tepat: Berdasarkan hasil analisis tanah, pilihlah pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman ketan. Pupuk yang umum digunakan untuk tanaman ketan adalah pupuk NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium) dengan kandungan yang seimbang. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang atau pupuk kompos untuk memperbaiki struktur tanah.

Waktu pemupukan: Lakukan pemupukan sebelum tanaman ketan ditanam atau pada tahap awal pertumbuhannya. Hal ini akan membantu nutrisi tersedia saat tanaman membutuhkannya. Selanjutnya, lakukan pemupukan tambahan setelah beberapa minggu pertumbuhan, tergantung pada kondisi tanaman dan hasil analisis tanah.

Metode Pemupukan: Ada beberapa cara pemupukan yang bisa digunakan, antara lain:

a. Pemupukan dasar: Pupuk dicampurkan dengan tanah sebelum menanam tanaman. Ini dapat dilakukan dengan menggemburkan tanah dan mencampurkan pupuk ke dalamnya.

b. Pemupukan lepas pantai: Jika tanah kurang subur, pupuk diletakkan di parit atau lubang sekitar 10-15 cm dari tanaman. Setelah itu, lubang ditutup dengan tanah.

c. Pemupukan daun: Selain melalui tanah, pupuk juga dapat disemprotkan ke daun tanaman ketan dalam bentuk larutan pupuk foliar. Ini berguna jika tanaman kekurangan nutrisi atau membutuhkan nutrisi tambahan secara cepat.

Jumlah Pemupukan: Jumlah pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada kebutuhan tanaman, analisis tanah, dan jenis pupuk yang digunakan. Ikuti dosis yang tertera pada kemasan pupuk yang digunakan, dan sesuaikan dengan luas lahan yang akan diberi pupuk.

Periode Pemupukan: Pemupukan dilakukan secara teratur sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman ketan. Pemupukan ulang biasanya dilakukan setiap beberapa minggu atau sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang berlaku di daerah Anda.

Pemanenan tanaman ketan dilakukan saat tanaman telah mencapai tahap pematangan dan butiran-butiran ketan sudah mengeras. Berikut ini adalah langkah-langkah umum dalam pemanenan tanaman ketan:

  • Pengecekan kematangan: Periksa tanaman ketan secara visual untuk menentukan apakah tanaman sudah matang untuk dipanen. Biasanya, tanaman ketan siap dipanen ketika bulir-bulirnya sudah berwarna putih kekuningan dan mengeras.
  • Waktu pemanenan: Tanaman ketan biasanya dipanen sekitar 90-120 hari setelah penanaman, tergantung pada varietas yang ditanam dan kondisi pertumbuhan. Tetapi, penting untuk memperhatikan perubahan warna dan tekstur bulir ketan untuk menentukan waktu yang tepat untuk pemanenan.
Scroll to Top