Kategori Tanaman Rempah

Rempah-rempah adalah tanaman yang dijadikan sebagai bahan-bahan untuk memberikan rasa, aroma, dan warna pada makanan. Budidaya tanaman rempah sangat diperlukan karena fungsinya yang sangat bermanfaat bagi setiap orang. Di Toba sendiri, tanaman ini menjadi kategori tanaman yang hasil produksinya cukup tinggi, karena baik petani ataupun tidak tertarik untuk membudidayakannya. Laman ini akan menjelaskan teknik budidaya tanaman rempah yang ada di Toba.

Budidaya Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai komersial tinggi. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Toba, bawang merah dikenal memiliki banyak sekali manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun yang paling utama yaitu digunakan sebagai bumbu masakan.

Maka dari itu, petani bawang merah pun masih cukup banyak. Sebab komoditas satu ini juga memberikan kontribusi perekonomian yang menjanjikan di wilayah tertentu. Nah, meski nilai komersialnya tinggi, namun budidaya bawang merah juga memiliki risiko yang tinggi pula. Berikut adalah teknik budidayanya:

Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan struktur dan aerasi tanah. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan:

  • Lahan digarap hingga kedalaman sekitar 30 cm. Kemudian, diberikan campuran kotoran sapi matang atau pupuk kandang lainnya sebanyak 2,5 ton per hektar. Selain itu, agensia hayati berbahan aktif Gliocladium dan Trichoderma juga ditambahkan. Setelah itu, tanah dibiarkan selama seminggu.

  • Setelah itu, tanah diratakan dan dibuat bedengan dengan tinggi yang sesuai dengan rekomendasi. Panjang bedengan disesuaikan dengan ukuran dan posisi jalan.

  • Pemasangan mulsa plastik dilakukan untuk menjaga kelembapan tanah dan menghambat pertumbuhan gulma.

  • Untuk memudahkan penyiraman, dibuat jarak antar bedengan dengan lebar sekitar 50 cm.

  • Bedengan dibuat dengan lebar 1-1,2 m dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak tanam antar bedengan adalah 20-30 cm. Tanah diolah agar gembur. Permukaan atau bagian atas bedengan diratakan, tidak boleh melengkung. Jika pH tanah kurang dari 5,6, ditambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektar. 

  • Kapur atau dolomit disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Penambahan kapur sebaiknya dilakukan 2 minggu sebelum tanam agar kadar asam tanah tidak terlalu tinggi. Selain itu, pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha), kotoran ayam (5-6 ton/ha), atau kompos (2,5-5 ton/ha), serta pupuk buatan TSP/SP-36 (120-200 kg/ha). Pupuk kandang/kompos dan pupuk buatan (TSP) disebar dan diaduk rata dengan tanah 1-3 hari sebelum tanam.

  • Benih atau umbi yang akan ditanam perlu disiapkan terlebih dahulu. Jika umur umbi kurang dari 2 bulan, dilakukan pemogesan dengan memotong bagian ujung umbi sekitar 0,5 cm. Tujuannya adalah untuk menghancurkan dormansi dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Benih bawang merah ditanam dengan cara menanam seluruh umbi ke dalam tanah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanaman bawang merah adalah:

  1. Tanah harus dibasahi terlebih dahulu, kemudian buatlah lubang sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
  2. Bibit ditanam dengan posisi berdiri, satu bibit per lubang.
  3. Penanaman sebaiknya tidak terlalu dalam, cukup dengan menutupi bibit tipis menggunakan tanah atau pasir.

Hal utama yang penting untuk diperhatikan adalah pemilihan bibit. Tanaman yang unggul tentu berasal dari bibit yang bagus dan berkualitas. Untuk memakai umbi, Anda sebaiknya menggunakan yang sudah berumur. Adapun ciri-ciri bibit  yang berkualitas yaitu ukurannya 1,5 – 2 cm, warnanya merah tua dan mengkilap, umbi tidak cacat, bentuknya bagus dan bobotnya tidak terlalu ringan.

Untuk proses penanaman bisa dilakukan dengan menancapkan 3/4 bagian umbi ke dalam bedengan. Adapun ketentuan bibit yang dipakai saat penanaman adalah sebagai berikut:

  • Benih yang dipakai merupakan hasil dari perbanyakan biji yang sudah berumur sekitar 70-80 hari
  • Bibit yang dibutuhkan sekitar 1-1, 2 ton setiap hektar
  • Benih harus dipastikan bersih dari kotoran atau kulit yang kering, supaya hasilnya maksimal.
  • Untuk mencegah bibit layu, lakukan perawatan pada bibit sebelum ditanam menggunakan fungisida mankozeb, dengan dosis sekitar 100 gr fungisida per 100 kg benih
  • Kebutuhan air bawang merah cukup banyak, terutama pada masa pertumbuhan dan pembentukan umbi
  • Di musim hujan, lakukan penyiraman secukupnya guna menghilangkan tanah yang menempel pada daun bawang merah.
  • Pada bekas persawahan, lakukan penyiraman sebanyak sekali sehari, bisa pagi hari atau sore hari
  • Selama satu musim tanam, lakukan penyiangan sebanyak 2 hingga 3 kali

Ada beberapa cara dalam penanaman bawang merah, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Cara Menanam Bawang Merah dengan Biji

Cara menanam bawang merah yang pertama adalah dengan menggunakan biji atau benih bawang merah. Anda bisa membeli benih bawang merah kemasan. Lalu menanamnya di pot tanaman yang kamu miliki di rumah.

Langkah menanam bawang merah dengan biji:

Taburkan benih bawang merah ke dalam pot atau wadah kecil yang sudah kamu isi dengan tanah dan kompos, dan siram dengan air.
Simpan pot benih di dalam ruangan selama 6-8 minggu.
Jangan lupa untuk menyirami dengan teratur. Anda bisa menyiramnya 1-3 kali seminggu.
Setelah bibit bawang merah sudah tumbuh dan bertunas sekitar 2,5 – 5 cm, kamu bisa memindahkannya ke luar ruangan.
Kemudian 1-3 hari kemudian, kamu bisa memindahkan bibit ke wadah yang lebih besar atau ke kebun yang ada di rumah Anda. Beri jarak antara satu bibit dengan bibit lainnya sepanjang 7,5 – 10 cm.
Taruh bibit di tempat yang teduh dan rawat sampai bawang merah bisa dipanen. Biasanya akan memakan waktu 3-4 bulan.
2. Cara Menanam Bawang Merah Hidroponik

Cara yang kedua adalah dengan menanam bawang merah secara hidroponik. Kamu bisa menggunakan teknik wick untuk menanam dengan cara ini.

Sebelum menanam Anda harus menyiapkan pot, tandon nutrisi, kain flanel, media tanaman, bibit bawang merah, nutrisi hidroponik, PH meter, dan TDS meter.

Langkah menanam bawang merah hidroponik:

Gunting kain flanel menjadi sumbu dan taruh di dasar pot.
Kemudian masukan media tanam, berupa campuran arang sekam dan cocopeat dengan perbandingan 1:1 ke dalam pot.
Cat tandon nutrisi dengan warna yang dapat tembus cahaya agar larutan nutrisi nantinya tidak ditumbuhi lumut. 
Kamu bisa menggunakan bibit bawang merah yang berasal dari dapur rumah kamu. Pilih bawang merah yang sudah kering dan tua.
Potong bagian ujung bawang merah sedikit.
Sirami media tanam dengan air dan tanam bagian bibit yang sudah dipotong ke media tanam.
Taruh bibit di tempat yang teduh selama 3-4 hari sampai tunas tumbuh.
Jika tunas sudah tumbuh 1 cm, isi tandon dengan larutan nutrisi.
Lalu biarkan bibit terkena sinar matahari secara penuh.
Rawat tanaman bawang merah dengan cara memastikan nutrisi tetap terpenuhi dan pH air tetap stabil sampai bawang merah siap dipanen.

Anda juga perlu memerhatikan kebutuhan ppm nutrisi tanaman bawang merah. Berikut adalah ppm nutrisi yang dibutuhkan bawang merah dari awal ditanam sampai masa panen:

pH ideal tanaman adalah 5,5 – 6,5
Minggu ke-1 = 400 ppm
Minggu ke-2 = 800 ppm
Minggu ke-3 hingga minggu ke-5 = 1000 ppm
Minggu ke-6 dan seterusnya = 1200 ppm
3. Cara Menanam Bawang Merah di Musim Hujan

Cara ketiga adalah menanam bawang merah di musim hujan. Memang apa perbedaan menanam bawang merah di musim hujan dan di musim lainnya?

Saat musim hujan tingkat kelembapan akan meningkat, maka risiko tanaman bawang merah terkena organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat. Untuk itu, dibutuhkan upaya berbeda saat menanam bawang merah di musim hujan.

Langkah menanam bawang merah di musim hujan:

Kamu perlu memilih bibit terbaik yang dapat tahan terhadap hama dan penyakit. Seperti bibit bawang merah Thailand Nganjuk.
Setelah mempersiapkan bibit, kamu perlu membuat bedengan dengan ukuran  dengan tinggi 25-30 cm dan lebar 70-80 cm. Apabila kamu ingin menanam banyak bawang merah, kamu bisa memberi jarak antara satu bedengan dengan bedangan lainnya sekitar 40-50 cm. 
Kemudian persiapkan media tanam dengan cara tanah diberi pupuk SP-36 sebanyak 100kg/ha, NPK 16:16:16 sebanyak 500 kg/ha, dan KCI 60 kg/ha.
Setiap bedengan perlu kamu pasangi mulsa dengan lubang tanam berdiameter 25 cm dan jarak antar tanaman 20 cm.
Setelah itu tanam bibit di media tanam sirami secara teratur, namun jangan menyiraminya dengan terlalu banyak air, mengingat sedang musim hujan.
Setelah 7 hari, berikan tanaman bawang merah campuran pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 150 kg/ha dan KNO3 merah 90kg/ha yang dilarutkan dalam 20 liter air.
Setelah 21 hari, berikan campuran pupuk NPK grower 150kg/ha dan KNO3 putih sebanyak 90 kg/ha. Lakukan hal yang sama pada hari ke-31.
Setelah 40 hari, kamu hanya perlu merawat tanaman bawang sampai bawang merah siap dipanen.
Tips Menanam Bawang Merah
Saat menanam bawang merah Anda perlu memastikan bahwa tekstur tanahnya cukup gembur untuk ditanami bibit. Selain itu, Anda juga tidak boleh menanam bibit bawang merah sampai tertutup semua dengan tanah, kamu perlu memberinya sedikit celah agar daunnya bisa tumbuh.
Taruh tanaman bawang merah di bawah paparan sinar matahari yang cukup, ini karena bawang merah menyukai sinar matahari.
Agar tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik dan sehat, kamu perlu mencabut gulma atau tanaman liar yang tumbuh di sekitar bawang merah. Pastikan juga bahwa tidak ada hama atau organisme yang mengganggu tumbuhnya tanaman bawang merah Anda.

Hama

Hama yang terdapat pada bawang merah adalah sebagai berikut:

Ulat Grayak

Ulat grayak merupakan jenis ulat yang hidup didalam tanah. Oleh sebab itulah, jenis ulat ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan tanaman bawang merah. Jenis ulat grayak biasa menyerang tanaman bawang merah saat masih usia muda, yaitu 1-4 minggu setelah tanam. Hama ini memiliki ciri-ciri: ngengat berwarna gelap dan terdapat garis putih di sayap depannya dengan sayap belakang berwarna putih dan bercak hitam. Hama ini termasuk jenis yang sangat cepat berkembang.  Sebab, se-ekor ngengat betina mampu menghasilkan telur sebanyak 2000-3000 butir telur. Oleh sebab itulah, hama ini harus cepat ditangani sebelum semakin berkembang pesat dan membuat tanaman bawang merah gagal panen.

Ulat Bawang

Ulat bawang merupakan jenis ngengat yang memiliki sayap depan berwarna kelabu gelap, sedangka sayap belakangnya berwarna keputihan. Ulat bawang ini dapat diketahui karena imago betina biasa meletakkan telurnya pada ujung daun dalam jumlah cukup banyak, yaitu sekitar 50-150 butir dan berkelompok.

Lalat Pengorok Daun

Lalat pengorok daun merupakan hama penting bawang merah yang dapat menyerang sejak tanaman buerumur 15 HST hingga masa panen. Hama ini cukp menakutkan bagi para petani bawang merah, karena kerugian ekonomi yang ditanggung sangatlah besar, setidaknya minimal 30% kerusakan, hingga kegagalan panen 100%. Gejala dari serangan hama ini adalah, daun bawang merah menjadi kering seperti terbakar akibat korokan larva Liriomyza sp. Jika hama ini menyerang saat tanaman masih  muda, maka resikonya adalah tanaman rusak sepenuhnya, sedangkan ketika menyerang saat tanaman sudah berumbi, maka petani harus memanen dini. Dengan begitu, umbinya masih sangat kecil dan memiliki harga murah dipasaran.

Trips

Gejala dari serangan hama ini adalah, daun bawang merah menjadi kering seperti terbakar akibat korokan larva Liriomyza sp. Jika hama ini menyerang saat tanaman masih  muda, maka resikonya adalah tanaman rusak sepenuhnya, sedangkan ketika menyerang saat tanaman sudah berumbi, maka petani harus memanen dini. Dengan begitu, umbinya masih sangat kecil dan memiliki harga murah dipasaran.

Penyakit

Selain hama, tanaman bawang merah juga terancam oleh adanya serangan penyakit. Serangan penyakit ini tidak kalah mengerikan, karena dapat menyebabkan gagal panen dan kerugian yang besar.

Berikut ini beberapa penyakit penting pada bawang merah yang perlu dulur ketahui:

Antraknosa

Antraknosa adalah jenis penyakit penting yang paling diingat oleh petani. Sebab, serangan hama ini sangatlah mengerikan dan bisa menyebabkan kerugian yang tidak sedikit hanya dalam waktu yang sangat singkat.

Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur/cendawan Colletotrichum gloeosporioides (Penz).  Serangan penyakit ini dapat membunuh tanaman bawang merah dalam waktu yang sangat cepat, mendadak dan serentak.

Gejala serangan awal antraknosa adalah bercak berwarna putih pada daun, kemudian terbentuk lekukan kea rah dalam (invaginasi), berlubang dan kemudian patah.

Apabila tidak segera ditangani, maka infeksi akan terus berlanjut hingga terbentuk koloni konidia berwarna pink , kemudian berubah coklat muda, coklat tua, kemudian menggelap hingga kehitaman.

Perkembangan konidia ini akan sangat cepat berkembang menjadi miselia yang menjalar dari daun ke umbi jika kelembaban udara tinggi, utamanya ketika musim penghujan.

Jika serangan sudah massif, maka miselia ini akan menyebar ke permukaan tanah, menyerang tanaman lain, dan menjadikan umbi busuk.

Akibat umbi dan perakaran yang membusuk, maka daun nya mengering dan mati. Tentu saja, penyakit ini dapat dengan cepat menyebar ke seluruh pertanaman bawang merah, dan menyebabkan gagal panen.

Layu Fusarium

Tidak berbeda dengan tanaman lain, bawang merah juga terancam oleh serangan penyakit layu fusarium.

Penyakit ini menyerang bagian dasar umbi bawang merah dan perakaran, sehingga menyebabkan pertumbuhan umbinya terganggu.

Gejala serangan penyakit layu fusarium adalah daunnya menguning, terpelintir, akar membusuk, dan dasar umbi tampak keputihan.

Serangan penyakit ini dimulai dari dasar umbi dan meluar ke atas atau ke samping.

Setelah terinfeksi penyakit ini, bagian daun akan berangsur mati, dimulai dari ujung hingga ke pangkal. Setelah itu, tanaman akan mati secara keseluruhan. Tentu saja, proses kematian tanaman ini berjalan dengan sangat cepat, bahkan sebelum dulur menyadari bahwa ini adalah serangan fusarium.

 

 

Tanaman bawang merah sebetulnya tidak terlalu suka dengan banyaknya air hujan. Namun selama pertumbuhan, bawang merah membutuhkan pengairan yang cukup. Di lahan persawahan yang memiliki sinar matahari cukup terik, sebaiknya penyiraman dilakukan secara rutin. Jika di musim kemarau, Anda bisa menyiramnya sehari sekali, bisa sore atau pagi hari. Hal ini harus dilakukan rutin sejak penanaman sampai tiba masa panen.

Lalu jika di musim penghujan, penyiraman hanya perlu dilakukan untuk membersihkan tanaman dari tanah atau kotoran yang menempel saja. Namun perlu Anda ingat, saat masuk pembentukan umbi adalah masa paling kritis.


Air pada tanaman harus benar-benar cukup, karena jika tidak akan berpotensi menurunkan produksi. Jadi, Anda juga perlu mengatur ketinggian muka air tanah serta frekuensi air untuk menyiram tanaman.

Setelah proses tanam selesai dilakukan, pengairan dilakukan secara teratur, dan pemupukan juga diberikan, selanjutnya Anda hanya perlu melakukan perawatan. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merawat tanaman:

  • Melakukan penyiangan pada lahan tanam sebelum proses pemupukan pertama dan kedua
  • Melakukan pengendalian hama, lalu pemotongan daun yang sakit atau rusak dan berpotensi merusak tanaman.
  • Menggunakan pestisida sesuai dengan dosis dan volume yang tepat dan disarankan.

Pada dasarnya ada sedikit perbedaan antara pemupukan pada lahan kering dengan lahan persawahan. Di lahan tegalan, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk kandang sapi, kotoran ayam, atau kompos, atau pupuk buatan TSP. Pupuk dasar ini wajib diaplikasikan pada lahan sekitar 1-3 hari sebelum proses tanam.

Adapun setelah tanaman berumur 10-15 hari dan 30 hari, pupuk yang diberikan adalah pupuk urea sekitar 200 kg/hektar, pupuk ZA sekitar 400 kg/ hektar dan pupuk KCL 200kg/ hektar. Untuk penyebaran di 2 waktu tersebut dosisnya cukup setengah-setengah saja.

 
 

Kemudian jika di lahan sawah, pupuk yang diperlukan adalah pupuk dasar berupa pupuk buatan SP-36 yang harus Anda sebarkan di lahan sekitar 1-3 hari sebelum proses tanam dilakukan. Lalu pupuk susulannya diberikan dalam waktu yang sama dengan sebelumnya.

Adapun pupuk yang dibutuhkan yaitu pupuk susulan sebanyak 180 kg N/hektar, terdiri dari 1/2 N pupuk Urea dan 1/2N N pupuk ZA. Ditambah pula dengan pupuk K2O sebanyak 100 kg/ha. Untuk dosisnya pun sama, setengah dosis per setiap waktu.

Apabila bawang merah sudah berumur 2-3 bulan, maka artinya proses panen pun sudah bisa dilakukan. Namun untuk waktu panen juga bergantung dengan jenis bawang merah yang ditanam. Adapun ciri-ciri bawang merah yang siap panen yaitu ketika pangkal daun sudah lemas ketika dipegang.

Lalu daunnya juga sebagian besar sudah berwarna kuning, dan sebagian umbi terlihat kompak di permukaan tanah. Adapun umbi bawang sudah berwarna merah keunguan dengan aroma atau bau yang khas.

Untuk proses panennya bisa dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman. Untuk mencegah adanya kebusukan, sebaiknya lakukan panen saat tanah kering dan cuaca panas. Kemudian setelah mencabut seluruh tanaman, Anda bisa mengikat per 5-10 tanaman supaya lebih mudah.

Setelah proses panen berhasil dilakukan, langkah berikutnya adalah melakukan pengeringan. Anda harus menjemur bawang merah terutama bagian daunnya di bawah sinar matahari selama kurang lebih 2-3 hari. Setelah itu barulah proses pengeringan umbi di bawah sinar matahari langsung, dilakukan selama 7-14 hari lamanya. Jangan lupa untuk membaliknya secara berkala. Jika dalam kondisi hujan, Anda juga bisa melakukan pengeringan dengan oven.

Budidaya Daun Bawang

Daun bawang adalah jenis tanaman sayuran yang banyak digunakan sebagai bahan masakan, selain itu tanaman ini juga kaya akan manfaat seperti sumber zat besi, memiliki kandungan serat yang tingi, banyak mengandung kalium, baik untuk penderita penyakit jantung dan masih banyak lainnya. Daun bawang merupakan tanaman yang tidak sukar untuk dibudidayakan. Tanaman ini dapat menjadi tambahan mata pencaharian petani ataupun hanya sekedar ingin menanamnya untuk kebutuhan sehari-hari. Daun Bawang bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi.

Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan daun bawang menginginkan ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan bawang prei juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5).

Lahan yang sesuai untuk penanaman bawang daun adalah tanah hitam yang gembur dan banyak humus. Pengolahan tanah dilakukan 15-30 hari sebelum tanam, tanah diolah dengan dicampur Pupuk Organik. Buatlah persemaian. 

Caranya, olah tanah, lalu tanam biji atau anak tunas sebagai bibit. Untuk 1 ha lahan, dibutuhkan bibit (tunas) sebanyak 200.000 anakan atau 1,5-2 kg biji. Siapkan lahan untuk penanaman. Caranya, cangkul tanah sedalam 30-40 cm, kemudian berikan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. 

Buat bedengan selebar 0,6-1 m. Buat parit dengan lebar 20-30 cm di antara bedengan. Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH < 6.5 dengan 1-2 ton/ha kapur dolomit dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm. Buat lubang tanam dengan jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm.

Pembibitan Benih
  • Benih disemai di sebuah bedengan selebar 100-120 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
  • Tanah digemburkan dan diolah dengan ukuran kedalaman sekitar 30cm. Kemudian, pupuk kandang sebanyak 2 kilogram dicampurkan ke dalamnya.
  • Bedengan diberi semacam atap berbahan plastik transparan dengan ketinggian 100-150 cm di sebelah timur, sementara tinggi di sisi barat cukup 60-80cm.
  • Benih pun ditaburkan pada sebuah garis atau larik-larik melintang dengan kedalaman sekitar 1cm dan jarak tiap-tiap larikan tidak lebih dari 10cm..Sambil menunggu kecambah muncul, tutuplah benih tersebut dengan karung goni yang basah atau bisa juga menggunakan daun pisang.
Pembibitan Anakan

Memilih rumpun yang hendak dibuat menjadi bibit haruslah berumur 2,5 bulan dan dalam kondisi sehat tidak terserang hama. Pisahkanlah rumpun tersebut hingga kita mempunyai rumpun baru yang terdiri dari 1-3 anakan daun bawang.Cara penanamannya adalah membuang sebagian daun dan bibit pun disimpan pada lokasi lembap serta teduh dengan durasi sekitar 5 hingga 7 hari.

Pindahkan bibit ke lahan penanaman setelah berumur 2 bulan (tingginya 10-15 cm).Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau (Maret).Sebelum ditanam, bibit dicabut dengan hati-hati, lalu potong sebagian akar dan daun. Rendam bibit dalam fungisida dengan konsentrasi rendah (30%-50% dari dosis yang dianjurkan) selama 10-15 menit.Tanam bibit dalam lubang yang telah disediakan, lalu padatkan tanah disekitar pangkal bibit atau pada bagian akar.

  1. Ulat bawang/ulat grayak. Pengendalian: cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae atau dengan perangkap ngengat.
  2. Ulat tanah. Pengendalian mekanis: mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.
  3. Thrips/kutu loncat/kemeri. Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasang perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP.
  4. Bercak ungu. Pengendalian: cara perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan menggunakan bibit sehat.
  5. Busuk daun/embun tepung. Pengendalian: menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae.
  6. Busuk leher batang. Gejala: leher batang menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan benih/bibit sehat, meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman.

Tujuan perawatan daun bawang adalah agar daun bawang bisa tumbuh dengan baik, sehingga tanamannya subur, sehingga tanaman bisa berfotosintesis dengan baik. Di sini kami menjelaskan cara merawat tanaman daun bawang.

Cara Merawat Daun Bawang

  1. Sirami terlebih dahulu setiap hari agar daun bawang tidak kekurangan air, tetapi jangan menyirami air secara berlebihan karena daun bawang tidak menyukai tanah basah atau berlumpur.
  2. Selanjutnya, lakukan pembersihan area tanah atau polybag baik dari hama dan serangga hama
  3. Jika tanaman memiliki penyakit atau hama yang menyebabkan tanaman busuk, segera hancurkan tanaman tersebut sehingga tidak akan menular ke tanaman lain.

1. Pemupukan Dasar

Pemupukan dasar dilakukan pada saat tahap pengolahan tanah, tepatnya setelah bedengan-bedengan selesai dibuat. 

Jenis dan dosis pupuk: 

  • Pupuk Kandang sebanyak 10 – 15 ton/ha, atau 

  • Pupuk Organik sebanyak 2,5 – 3,5 ton/ha

Cara pemupukan: 

Sebarkan pupuk secara merata di permukaan bedengan, kemudian campurkan juga secara merata dengan tanah. Kemudian, ratakan permukaan bedengan menggunakan cangkul atau bilah bambu. 

2. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan merupakan pemupukan kedua yang dilakukan setelah pemupukan dasar. Waktu pemupukan susulan umumnya pada saat tahap pemeliharaan, tepat setelah kegiatan penyiangan tanaman yang sedang bertumbuh.  

Pada tahap pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur hara pokok berupa unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). 

Jenis dan dosis pupuk: 

  • NPK dengan dosis sesuai kebutuhan tanaman dan kondisi lahan pertanaman

  • Pupuk Urea dosis 200 kg/ha

Waktu Pemupukan:

 2 kali pada 21 hari setelah tanam (setengah dosis), dan sisanya pada 42 hari setelah tanam. 

Cara pemupukan: 

  • Pemupukan cair, yaitu dengan melarutkan pupuk kasar ke dalam air, dan disiramkan pada tanaman saat tanah dalam keadaan kering (musim kemarau). Kelebihannya, kandungan pupuk akan lebih cepat terserap oleh akar. 

  • Pemupukan padat, yaitu dengan memberikan pupuk langsung pada tanaman secara melingkar, dan diberikan pada saat musim hujan. Setelah pupuk disebar, tutup kembali dengan tanah agar pupuk tidak cepat menguap, lakukan penyiraman air agar pupuk larut dengan air tanah dan penyerapannya lebih mudah. 

Umur Panen 2,5 bulan setelah tanam.Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning. Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari.Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan’.

Bawang daun yang telah dipanen disimpan di tempat teduh, lalu cuci sampai bersih dengan air mengalir/disemprot, lalu tiriskan.Ikat dengan tali rafia pada bagian batang dan daun.Berat setiap ikatan sekitar 25 kg.Bawang daun disortir sesuai ukuran diameter batang dan panjang daun.Simpan pada temperatur 0,8-1,4 °C sehari semalam untuk menekan penguapan dan kehilangan bobot, dan agar bawang daun tetap segar saat akan dipasarkan.

Budidaya Jahe

Tanaman Jahe hanya dapat tumbuh di areal dengan tingkat curah hujan 2500-4000 mm per tahun dan suhu 20-35 C. Jahe juga hanya dapat tumbuh di ketinggian 0-2000 mdpl.

Namun di Indonesia, biasanya jahe ditanam di ketinggian 200-600 mdpl. Selain itu, media tanam juga harus diperhatikan dalam cara menanam jahe, dimana jahe akan tumbuh subur di tanah gembur, mengandung humus yang banyak, dan bertekstur lempung berpasir.

Untuk mencapai hasil panen yang optimal, perlu dipertimbangkan kondisi pertumbuhan yang diperlukan untuk tanaman jahe.

Jika keasaman tanah yang ada tidak sesuai dengan keasaman yang dibutuhkan oleh tanaman jahe, keasaman harus disesuaikan dengan menambahkan atau mengurangi kapur.

Pembukaan Lahan

Tanah awalnya dibajak hingga kedalaman sekitar 30 cm untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur dan menghilangkan tanaman yang mengganggu.

Tanah dibiarkan selama 2 hingga 4 minggu untuk memungkinkan gas beracun menguap dan untuk setiap penyakit dan benih yang terserang hama dibunuh oleh sinar matahari.

Jika tanah masih belum cukup gembur setelah persiapan tanah awal, persiapan tanah putaran kedua dapat dilakukan sekitar 2 hingga 3 minggu sebelum tanam, bersamaan dengan aplikasi pupuk organik dengan dosis 1500-2500 kg.

Formasi Tempat Tidur

Di daerah dengan kondisi air tanah yang buruk yang dapat menyebabkan genangan air, disarankan untuk mengubah tanah menjadi bedengan yang ditinggikan, tinggi sekitar 20 hingga 30 cm dan lebar 80 hingga 100 cm, dengan panjang disesuaikan dengan kondisi tanah.

Pengapuran

Di tanah dengan pH rendah, sebagian besar nutrisi penting, terutama fosfor dan kalsium, tidak tersedia atau mudah diserap. Kondisi tanah yang asam dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk penyakit tertentu.

 Pengapuran berfungsi untuk meningkatkan ketersediaan kalium, yang penting untuk bagian kayu tanaman, merangsang pembentukan rambut akar, menebalkan dinding sel buah-buahan, dan mempromosikan pengembangan benih.

Benih yang digunakan merupakan benih bermutu atau bersertifikat. Jahe dapat dikembangbiakan dari rimpang yang memiliki tunas atau dengan anakan. Rimpang yang akan digunakan sebagai benih memiliki ciri-ciri: sehat, berumur lebih dari 9 BST, memiliki 2-3 mata tunas, kulit rimpang tidak kisut, tidak terkelupas, mengkilat dan bernas. Pemilihan sumber benih dimulai dari pertanaman sampai di gudang. Rimpang untuk benih dipotong-potong dengan ukuran untuk jahe putih besar 30-60 g, jahe putih kecil/jahe merah 20-40 g. Potongan rimpang dicelupkan ke dalam larutan desinfektan lalu dikeringanginkan atau ditaburi abu dapur atau sekam padi di bagian atas media semai. Bagian rimpang yang terbaik dijadikan benih adalah ruas kedua dan ketiga. 

Sebelum ditanam rimpang ditunaskan terlebih dahulu dengan cara menyemaikan, yaitu dengan cara menghamparkan rimpang diatas jerami atau alang-alang tipis, ditempat teduh, atau di dalam gudang dan tidak ditumpuk. Selama penyemaian dilakukan penyiraman sesuai kebutuhan dengan cara disemprot (jangan disiram). Benih yang telah bertunas dengan tinggi tunas 1-2 cm siap ditanam di lapang.

Kebutuhan benih     : 1 – 1,5 ton/ha (jahe merah/emprit), 2 – 2,5 ton/ha (jahe gajah)
Populasi                 : 40.000 tanaman/ha
Potensi hasil           : 16 ton/ha (jahe putih kecil/ jahe merah), 37 ton/ha (jahe putih besar)

Anda dapat membeli jahe seukuran ibu jari atau sedikit lebih panjang. Carilah akar jahe yang keras dan berwarna terang dengan tunas kecil bergelombang di ujungnya. Kini banyak juga orang yang memilih jahe organik, karena jahe biasa yang dijual di pasaran diolah dengan bahan kimia yang mencegah pertumbuhannya. 

Siapkan pot dalam dengan lubang drainase di bagian bawah. Ingatlah bahwa potongan seukuran ibu jari dapat tumbuh menjadi tanaman 91 cm saat dewasa, jadi carilah wadah yang besar. Isi pot dengan media tanam yang longgar, kaya, dan dikeringkan dengan baik.


Rendam jahe dalam semangkuk air hangat selama beberapa jam atau semalaman. Kemudian tanam akar jahe dengan kuncup mengarah ke atas dan tutupi akar dengan tanah setinggi 2,5-5 cm, siram sedikit. Bersabarlah, karena menanam jahe dalam pot membutuhkan waktu. Anda akan melihat tunas muncul dari akar dalam dua hingga tiga minggu.

Berikut adalah beberapa perawatan yang dapat Anda lakukan dalam budidaya tanaman jahe:

Penyulaman Tanaman Jahe

  • Tunggu hingga tanaman jahe berusia antara 2-3 minggu setelah masa tanam sebelum melakukan penyulaman.
  • Penyulaman atau penggantian bibit yang rusak atau mati sebelum tumbuh besar perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dan mencegah penyebaran penyakit pada tanaman lain.
  • Keuntungan penyulaman meliputi pengoptimalan lahan, melengkapi jumlah bibit, menjaga pertumbuhan yang seragam, dan memenuhi target produksi.

Penyiangan Tanaman Jahe:

  • Rumput-rumput kecil atau gulma sering tumbuh bersamaan dengan tunas jahe, meskipun telah menggunakan mulsa.
  • Gulma dapat mengganggu produktivitas dan kelangsungan hidup tanaman karena menyerap unsur hara dari tanah.
  • Penyiangan perlu dilakukan untuk memberantas gulma tersebut.
  • Gunakan alat sederhana seperti sabit, cangkul, atau cetok untuk penyiangan manual pada lahan kecil.
  • Untuk lahan yang luas, penggunaan herbisida khusus dapat lebih efektif.
  • Penyiangan memiliki manfaat seperti membersihkan lahan, meningkatkan produktivitas tanaman, dan memperbaiki struktur tanah.

Demikianlah beberapa tips untuk melakukan perawatan tanaman jahe, termasuk penyulaman dan penyiangan, agar tanaman Anda tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang optimal.

Pembubuhan

Setelah melakukan penyiangan gulma, tugas selanjutnya adalah melakukan pembubunan tanaman jahe. Pembubunan dilakukan dengan menaikkan tanah yang jatuh dari bendengan dan menimbunnya di sekitar pangkal batang tanaman jahe. Hal ini dilakukan untuk menutupi pangkal tanaman dan membentuk cekungan kecil yang berfungsi sebagai tempat pembuangan kelebihan air.

Pembubunan memiliki manfaat penting, antara lain mengontrol pertumbuhan rimpang jahe yang keluar dari tanah, menjaga kekompakan bendengan, mencegah longsor tanah, memperkuat hubungan antara tanah dan akar tanaman, serta memungkinkan tanaman menyerap lebih banyak unsur hara dari tanah. Pembubunan biasanya dilakukan ketika rimpang jahe telah tumbuh sekitar 4-5 anakan atau membentuk rumpun.

Pembubunan dapat dilakukan dengan atau tanpa penggunaan mulsa, tergantung kondisi tanah. Pada tanah berjenis liat berdebu atau berpasir, perhatian khusus perlu diberikan pada pembubunan selama musim hujan untuk mencegah longsor tanah ke parit atau selokan.

Melakukan pembubunan memiliki beberapa keuntungan, seperti membuat tanah menjadi lebih gembur, melindungi rimpang dari sinar matahari, meningkatkan kadar oksigen dalam tanah, memperkokoh tanaman jahe, dan memperluas jangkauan akar tanaman untuk penyerapan unsur hara yang lebih baik.

Jika Anda masih meragukan manfaatnya, disarankan untuk mencoba sendiri dengan mengikuti prosedur pemeliharaan yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan memperhatikan prosedur tersebut, diharapkan Anda dapat mencapai hasil yang diinginkan dalam budidaya tanaman jahe.

Berikut adalah berbagai hama dan penyakit pada tanaman jahe:

Hama

  • Kepik

Hama ini menyerang daun jahe dan akibatnya daun menjadi bergerigi, berlubang juga berwarna menjadi kecoklatan. Untuk mengatasi hama yang satu ini biasanya dilakukan dengan cara penyemprotan dengan larutan pestisida berbahan aktif. Contohnya menggunakan Betasitnufrin dan Pronofos. Selain itu juga disemprotkan insektisida organik.

  • Ulat Penggerek Akar

Hama ini menyerang akar jahe dan sebagai akibatnya akar akan menjadi rusak, kering dan tanaman menjadi mati akibat kekurangan unsur hara. Pencegahan hama ini dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif seperti Karbofuran, Bensulta, Bisultaf, Karbisulfan, Fibronil dan Dimehipo dengan dosis sesuai dengan yang ditentukan di label produk.

  • Lalat Rimpang

Gejala serangan lalat rimpang sulit dibedakan dengan serangan penyakit layu. Setelah 8-10 hari tanaman terlihat menguning dan mengering, dimulai dari daun sebelah bawah kemudian diikuti seluruh daun. Serangan berat mengakibatkan tanaman layu dan kering, sedangkan rimpangnya keropos. 

Pengendalian secara biologis dengan memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid larva-pupa Trichopria sp. (Diapriidae, Hymenoptera), dan cendawan Beauveria bassiana yang menginfeksi larva.

Pengendalian secara kimiawi dengan penggunaan insektisida untuk mengendalikan lalat dewasa.  Insektisida yang terdaftar  dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT jahe belum ada.

Penyakit

Selain hama, tanaman ini juga rentan terserang penyakit. Akibatnya tanaman jahe bisa rusak dan bahkan mati sehingga hasil panen tidak optimal. Berikut adalah beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang tanaman jahe:

  • Tanaman Layu

Penyakit ini adalah yang paling sering terjadi pada tanaman jahe. Gejalanya dapat dilihat ketika daun jahe berubah warna menjadi kekuning-kuningan dan kemudian menyebar ke daun lainnya. Penyakit layu ini juga menyerang batang jahe yang mengakibatkan ruas batang membusuk dan berlendir.

Mengatur jarak tanam jahe menjadi salah satu solusi mencegah penyakit ini. Selain itu juga dapat dilakukan upaya pencegahan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif Danklorotonil dan simaksonil sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu juga bisa dengan mencabut tanaman yang terserang penyakit dan membuangnya agar tidak menulari tanaman lainnya.

  • Bercak Daun

Penyakit bercak daun ini juga sering menjadi hama dan penyakit jahe. Serangan ini disebabkan oleh jamur yang menyebabkan daun menjadi bercak-bercak seperti terbakar. Untuk pengendaliannya dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan membuat bedengan agar jamur tidak mudah menyerang tanaman terutama saat musim hujan dan kelembaban tinggi.

  • Penyakit Busuk Rimpang

Penyakit ini juga kerap terjadi pada tanaman jahe yang mengakibatkan rimpang menjadi busuk daun layu dan menguning hingga lama-kelamaan tanaman akan mati. Untuk mengatasinya, sebelum melakukan penanaman, sebaiknya bibit jahe direndam dulu dengan larutan fungsida seperti Karbendazim 0,03 persen selama 2 jam.

Untuk memastikan pertumbuhan tanaman jahe yang seragam, perlu dilakukan penyemaian benih selama 2-4 minggu sehingga tunas tumbuh sekitar 0,5-1 cm dengan kualitas drainase yang baik. Media tanam yang digunakan haruslah ringan dan berpori.

Pemupukan jahe dilakukan dengan menggunakan campuran pasir, tanah, dan pupuk kandang dalam perbandingan 1:1:3. Dosis dan jadwal pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Setelah itu, dilakukan penyiraman dan pembubunan tanaman jahe sebanyak 3-4 kali. Pemupukan organik juga diberikan hingga tanaman jahe siap untuk dipanen.

Kelebihan budidaya jahe meliputi kemampuan untuk ditanam di lahan terbatas, pemeliharaan dan pengendalian penyakit yang mudah, kemampuan penanaman sepanjang tahun, serta potensi hasil produksi yang tinggi.

Sebaiknya, penanaman jahe dilakukan pada awal musim hujan, seperti bulan September atau Oktober. Tanaman jahe membutuhkan banyak air untuk pertumbuhannya. Pemupukan jahe dapat dilakukan segera setelah tanaman membentuk rumpun dengan tiga atau empat batang semu. 

Pemupukan berikutnya dilakukan pada usia tanaman dua, empat, enam bulan. Pemupukan organik seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak setengah kilogram per polibag sangat dianjurkan.

Komposisi pemupukan yang disarankan adalah menggunakan pot berukuran 30 cm x 35 cm yang cukup untuk menanam 3-4 rimpang jahe. Media tanam berupa tanah di dalam pot tersebut diberikan campuran pupuk kompos dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1.

Ada tiga jenis pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman jahe, yaitu pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk organik cair. Pupuk kompos merupakan hasil pembusukan atau fermentasi tanaman atau gulma.

Pupuk kandang berasal dari kotoran hewan yang telah mengalami fermentasi. Pupuk organik cair digunakan sebagai pemupukan dan juga sebagai desinfektan untuk tanaman jahe. Pemilihan pupuk organik yang tepat dengan kandungan nutrisi lengkap seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) sangat penting untuk meningkatkan kualitas tanah dan tanaman.

Pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk organik pada saat penanaman, sesuai dengan dosis yang disarankan. Pemupukan selanjutnya dilakukan saat tanaman jahe berusia 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan.

Untuk mencapai hasil maksimal, kita dapat menggunakan tiga jenis pupuk utama berikut:

  1. Pupuk Kompos. Pupuk kompos adalah hasil dari pembusukan atau fermentasi tanaman atau gulma yang digunakan sebagai pupuk untuk tanaman jahe.

  2. Pupuk Kandang. Pupuk kandang juga sangat penting untuk digunakan pada tanaman jahe. Pupuk kandang ini berasal dari kotoran hewan seperti ayam, kambing, sapi, dan lain-lain yang telah mengalami fermentasi, serupa dengan proses fermentasi pada pupuk kandang umumnya.

  3. Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair digunakan sebagai media pemupukan dan juga sebagai desinfektan untuk tanaman jahe. Penting untuk memilih pupuk organik yang tepat dengan kandungan nutrisi lengkap seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium atau potasium (K), yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman.

Selain itu, pupuk organik yang mengandung bakteri premium dengan proporsi yang tepat akan maksimal dalam mempercepat pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk organik cair dengan kandungan unsur lengkap, seperti pupuk organik GDM, dapat memberikan kualitas yang baik.

Untuk jahe muda panen dapat dilakukan pada umur 4-6 BST, sedangkan untuk benih dapat dipanen setelah daun menguning dan mati, umur lebih dari 9 BST untuk jahe putih besar dan jahe emprit, umur lebih dari 10 BST untuk jahe merah. Panen dilakukan dengan cara membongkar seluruh rimpang menggunakan garpu dan rimpang diangkat secara keseluruhan, setelah itu tanah dan akar yang menempel dibersihkan.

Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. 

Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 oC.

Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.

Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.

 Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1 -2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.

 

Lahan kemudian dibuat bedengan dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan 30-50 cm.

 Untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.

Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7 -12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).

 Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1 -3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.  

Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1 -1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). 

Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 oC). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 oC. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam.  ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G -3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 oC. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.

 Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1 -1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2 -3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. 

Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.

Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. Penentuan Pola Tanaman Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5 -10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. 

Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola, yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.

Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit.

Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.

  •   Penjarangan dan Penyulaman

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

  • Penyiangan

Penyiangan dan pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman. Kegiatan ini dilakukan 3 -5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh besar dan tanah tetap gembur.

  •    Pembumbunan

Seperti halnya tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air. Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin setiap 3 – 4 bulan sekali.

  • Pengairan dan Penyiraman

Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.

  • Pemulsaan

Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.

Hama

  • Ulat Penggerek Akar (Dichcrosis puntifera.)

Gejala : pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk. 

Pengendalian:  tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.

Penyakit

  • Busuk Bakteri Rimpang

Penyebab:  oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan. 

Gejala:  kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos. 

Pengendalian:  Mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang, penyemprotan fungisida dithane M-45.

  • Karat daun kunyit

Penyebab:  Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips. 

Gejala:  timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati. 

Pengendalian: Dilakukan dengan mengurangi kelembaban; Penyemprotan insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali.

Pengendalian hama/penyakit secara organik

Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:

  • Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.
  • Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
  • Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
  • Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
  • Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
  • Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.

Pemupukan Organik

Penggunaan pupuk kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.

Pemupukan Konvensional

Selain pupuk dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur 2 -4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha. 

Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (urea 20 gram/pohon; 

TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha. Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela tanaman.

Ciri dan  Umur Panen

Tanaman kunyit dapat dipanen pada saat umur sudah mencapai 8 hingga 18 bulan. Tapi waktu yang paling baik adalah umur 11 hingga 12 bulan. Hal tersebut akan ditandai dengan gugurnya daun kedua. Pada waktu tersebut, hasil produksi kan lebih besar dan lebih banyak dibanding umur panen 7 hingga 8 bulan. Ciri-ciri tanaman yang dapat dipanen dilihat dari banyaknya pertumbuhan vegetatif, seperti layu pada daun serta batang yang awalnya hijau berubah kuning (tanaman terlihat mati).

Cara Panen

Cara pemanenan bisa dilakukan dengan membongkar rimpang. Caranya dengan memakai cangkul atau garpu. Sebelum dilakukan pencangkulan, lebih baik batang dan daun dibongjar terlebih dahulu. Setelah pencangkulan, rimpang dibersihkan dari tanah dan dimasukkan ke dalam karung supaya tidak rusak. Lakukan lah secara hati-hati.

Periode Panen

Panen kunyit dapat juga dilakukan pada musim kemarau. Hal tersebut dikarenakan pada waktu tersebut sari atau zat yang terkandung mengumpul. Di sisi lain, kadar air pada rimpang sudah sedikit sehingga mempermudah Anda dalam proses pengeringan.

 

Perkiraan panen 

Hasil panen yang Anda  dapatkan dapat ditaksir mencapai 0,71 kg per rimpang. Berat tersebut adalah berat bersih. Sehingga hasil produksi Anda 20 hingga 30 ton per hektarnya.

Scroll to Top