Teknik Pembibitan Hingga Pencabutan Semai Padi

Dalam pembibitan padi tentunya ada teknik yang harus dipersiapkan agar pembibitan padi maksimal. Berikut ini teknik yang dapat Anda lakukan selama masa pembibitan padi: 

Menetapkan Waktu Pembibitan

Waktu mulai membuat pembibitan harus mempertimbangkan kesiapan areal yang akan ditanami, dengan cara menghitung mundur dari tanggal tanaamn dikurangi umur bibit siap dipindah tanam.

Waktu mulai membuat pembibitan sangat penting diperhatika karena untuk dapat tumbuh dengan baik, bibit padi harus dipindsah pada umur tertentu sehingga bibit tidak terlalu muda atau tidak terlalu tua.
Bibit padi yang terlalu muda akan beresiko terhadap banyaknya kematian bibit setelah pindah tanam, apalagi kalau wilayah penanaman merupakan wilayah potensial gangguan keongmas.
Penggunaan bibit yang terlalu tua juga akan membuat jumlah anakan yang dihasilkan sedikit dan tanaman lebih cepat masuk dalam fase pertumbuhan generatif.

Persiapan Benih

Untuk mendapatkan keseragaman pertumbuhan tanmaan maupun jumlah dan mutu hasil, perlu menggunakan benih unggul. Tingkatan benih unggul yang digunakan tergantung pada sasaran hasil yang ingin dicapai, yaitu apkaah hasil panen akan digunakan untuk benih atau untuk kepentingan dikonsumsi.

Jika sasaran hasil panen akan digunakan sebagai benih, maka benih unggul yang digunakan sebagai bahan tanam menggunakna benih pokok sedang bilauntuk konsumsi, cukup menggunakna benih sebar (label biru). Benih yang akan digunakan sebagai bahan tanam dapat dibuat sendiri yaitu padi yang masih ada sebelumnya, dan bisa juga membeli dari pasar atau petani lainnya.

Pembibitan padi dengan cara basah umumnya menggunakan benih yang tidak dikecambahkan sedangkan pembibitan cara kering umumnya menggunakan benih yang telah berkecambah dengan panjang calon akar sekitar 1mm.

Kebutuhan benih untuk tiap satuan luas areal tanam bergantung pada cara tanamnya, namun sebagai acuan bila menggunakan metode tanam SRI (System of Rice Intensification) diperlukan 7-10 kg benih per hektar sedangkan untuk cara tanam biasa diperlukan 25-35 kg benih per hektar areal tanam.

Pembuatan Tempat Semai

Tanah persemaian sudah harus dikerjakan kurang lebih 3-

7 hari sebelum menyebar beih. Mengingat adalany dua sistem pembibitan padi, yaitu persemaian basah dan persemaian kering, maka cara penyiapan media samai juga berbeda.

Semai Basah

Dalam membuat persemaian basah harus memilih tanah yang benar-benar subur. Jika ada rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal, harus dibersihkan terlebih dahulu. 

Kemudian sawah harus dugenangi air, dengan maksud agar tanah menjadi lunak. Apabila tanah sudah cukup lunak lalu dibajak dan digaru dua kali agar tanah halus dan melumpur. Pada saat itu buatlah bedengan /petekan dengan tinggi antara 15-20 cm dan perbaiki pematangan atau galengan (gadu-gadu). Sebagai ukuran dasar, luas persemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal sawah yang akan ditanami.

Semai  Kering
Pembuatan persemaian kering sama dengan persemaian basah, tetapi kondisi tanah dalam keadaan kapasitas lapangan. Rumput-rumput dan sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tnah dibolak-balik dengan cangkul atau dibajak dan digaru, agar tanah menjadi halus dan gembur.

Setelah tanah sudah halus, ratakan dan buat badengan atau petakan . Adapaun bedegan dapat dibuat dengan ukuran tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600 cm, atau sesuai dengan kondisi lahan dan kebiasaan petani.

Penaburan Benih

Untuk memperoleh bibit padi yang pertumbuhannya baik dan seragam maka cara penaburan atau penyebaran benih  diperhatikan. Kesalahan dalam penaburan benih akan mengakibatkan tidak meratnya kerapatan bibit di bedengan sehingga pertumbuhan  tanaman di lahan dan selanjutnya akan menyebabkan menurunnya hasil dan  mutu yang diperoleh.

Pada musim penghujan, benih yang sudah ditabur di bedengan, pada permukaan bedengan sebaiknya ditaburi dengan potongan jerami guna menghindari benturan air hujan yang berlebihan.  Benih yang terkena benturan air hujan deras secara langsung akan berserakan yang dapat mengakibatkan benih merapat sehingga kerataan benih tidak baik dan seragam. Potongan jerami yang digunakan sebaikknya yang sudah masak, tetapi bila tidak ada dapat mengunakan jerami mentah dengan ukuran sekitar 15-20 cm.

Pemeliharaan

 Hal yang paling utama dalam memelihara bibit padi adalah menjaga kecukupan air dan mencegah terjadinya kerusakan bibit terutama oleh gangguan hama dan penyakit. Kecukupan air untuk pembibitan padi haris disesuaikan denan model pembibitan yang digunakan.

 Pada pembibitan basah, biarkan air menggenang pada saluran antar petak pembibitan setinggi mendekati permukaan petak pembibitan

Pada pembibitan kering, ketersediaan air umumnya berada pada kondisi kapasitas lapang, dan yang penting dijaga sedemikian rupa agar bibit tidak sampai mengalami kekeringan. 

Organisme pengganggu yang paling dominan mengganggu pada pembibitan padi adalah dari kelompok hama. Untuk menghindari kerugian maka perlu adanya pengawasan yang intensif guna mencegah sedini mungkin terjadinya kerusakan akibat hama.

Pencabutan Bibit

 Standar utaman dalam menentukan kapan bibit padi dapat dicabut umumnya berdasakan pada umur bibit. Pada budidaya padi dengan sistem SRI, umumnya menggunakan bibit muda  berumur sekitar 11-15 hari.

Pada budidaya padi secara konvensional/kebiasaan, umunya menggunakan bibit dewasa berumur sekitar 21 hari. Bibit muda setelah dipindah ke lapang perlu perawatan ekstra tetapi setelah tumbuh akan memiliki jumlah anakan yang lebih banyak. Sedangkan bibit dewasa, daya tahan setelah dipindah lebih kuat namun jumlah anakan yang dihasikkan lebih sedikit. Dengan budidaya SRI yang menggunakan bibit muda tiap titik tanam cukup satu bibit, dan pada konvensial 2-3 bibit per titik tanam.

Bibit yang sudah dicabut dikumpulkan kemudian diikat dengan batang pisang yang sudah dikeringkan berbentuk tali atau tali lainnya guna memudahkan pengangkutan ke lahan sawah yang akan ditanam.

Jika umur bibit terlalu panjang, maka bagian ujung daun bibit perlu dipotong supaya saat ditanam, bibit tidak mudah roboh dan mengurangi penguapan yang berlebihan sehingga bibit lebih cepat beradaptasi.

Scroll to Top