Hama dan Pengendaliannya Pada Tanaman Jagung

Budidaya tanaman memang tidak terlepas dari yang namanya hama dan penyakit. Pada laman ini, Anda dapat melihat jenis-jenis hama pada jagung dan cara mengendalikannya. 

Hama yang terdapat pada jagung antara lain:

  
  1. Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Larva biasa berada dalam tanah, berwarna coklat kehitaman, mempunyai tujuh pasang kaki.

Serangan:

Hama  ini  menyerang  tanaman umur  1-3 minggu, dengan cara menyerang dan memotong pangkal batang pada waktu   malam   hari, siang hari ulat  bersembunyi  dalam  tanah.

Pengendalian

    • Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana.
    • Insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.
2. Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Larva mempunyai warna yang bervariasi, yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).

Serangan :

    • Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab).
    • Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, sedang larva berada di permukaan bawah daun.
    • Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.
    • Serangan umumnya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian

secara fisik dapat dilakukan dengan memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu. 

 

3. Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)

Hama ini menggerek tongkol jagung pada saat tongkol muda, mulai mengeras dan mengisi biji.

Serangan :

    • Imago betina akan meletakkan telur pada rambut jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Serangan serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
    • Pada lubang – lubang bekas gerekan hama ini terdapat kotoran – kotoran yang berasal dari hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang pada tangkai bunga.

Pengendalian

    • Memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
    • Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendawan, Metarhizium anisoplia menginfeksi larva.

  1. Busuk Pelepah

Penyakit busuk pelepah disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani

Gejala:  Umumnya terjadi pada pelepah daun, dengan gejala bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan yang berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat. Gejala penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas, pada varietas yang tidak tahan penyakit ini (rentan) serangan cendawan dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab, dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.

Pengendalian

    • Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah .
    • Mengusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi, Lahan mempunyai drainase yang baik, Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama, Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan karbendazim

2. Penyakit Bulai

Penyakit bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit dan umur muda (antara 1 – 2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100% pada varietas rentan. Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara, dan Batu Malang JawaTimur.

Gejala: Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Pengendalian

    • Menanam varietas tahan
    • Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
    • Penanaman jagung secara serempak
    • Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terserang penyakit bulai
    • Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih

3. Busuk Batang

Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Gejala: Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga 65%. Tanaman jagung yang terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, dan bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang yang terinfeksi akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.

 Pengendalian

    • Menanam varietas toleran 
    • Pergiliran tanaman.
    • Pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
    • Drainase yang baik.
    • Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.
Scroll to Top